-
Sekujur tubuhku adalah rangka, yang akan hancur mengurai bersatu tanah. Tinggallah aku yang akan melanjutkan perjalanan tak berujung.
Aku adalah kamu. Kamu adalah aku. Aku ada dalam dirimu. Kamu ada dalam diriku. Cinta, kebencian, kecemburuan adalah emosi-emosi yang dimengerti oleh aku dan kamu, semua manusia.
Bila aku menunjuk diriku, lalu kamu merasa tertunjuk, itulah bukti bahwa aku adalah kamu. Pun sama, ketika kamu menyentuh diri terdalammu, aku merasa tersentuh, itu juga bukti bahwa kamu adalah aku.
Tak ada salahmu padaku. Aku yang bersalah padamu. Kamu adalah aku. Aku sudah memaafkanmu sebelum kamu meminta maaf, tapi apa yang harus kumaafkan bila kamu tak punya salah padaku. Kukatakan aku telah memaafkanmu sebelum kamu meminta maaf padaku, sebab kamu adalah aku, aku memiliki harapan yang sama atas segala salahku, aku ingin diperlakukan sebagaimana aku memperlakukanmu, semoga kamu memaafkan aku sebelum aku meminta maaf padamu, sebab aku adalah kamu, kamu adalah aku. Mari memohon maaf kepada Sang Maha Pemaaf. Aku, kamu, manusia, bukan pusat, melainkan bagian kecil dari alam semesta, mari memohon perlindungan kepada Sang Maha Besar.
Untukmu yang tercinta, yang terkasih, yang tersayang, kamu adalah bintang dalam hatiku, yang selalu mengingatkan sisi-sisi kemanusiaanku.
-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H