Mohon tunggu...
Arimbi Bimoseno
Arimbi Bimoseno Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Author: Karma Cepat Datangnya | LOVE FOR LIFE - Menulis dengan Bahasa Kalbu untuk Relaksasi | Website:http://arimbibimoseno.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Risiko Seorang Penulis

8 Oktober 2011   05:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:12 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

.

Apa ada penulis yang bebas risiko. Tidak ada. Penulis yang menggunakan tinta air mata bisa berisiko mendapat stigma si air mata buaya darat. Penulis yang menggunakan tinta emas bisa berisiko mendapat stigma si malaikat. Penulis yang menggunakan tinta lendir bisa berisiko mendapat stigma si porno. Penulis yang menggunakan tinta granat bisa berisiko mendapat stigma si sesat.

Orang bebas bicara. Jangan hidup tergantung pada penilaian orang lain. Tapi kita hidup memang tidak bisa lepas dari penilaian orang lain. Dan mendengarkan orang lain itu juga penting.

Ada penulis yang dengan santai menyebut dirinya setan, tukang becak, si fakir yang hina, si bodoh dan tolol, si gelandangan. Apakah pengakuan itu cukup ditelan mentah-mentah, diterima sebagai sebuah kebenaran. Tentu tidak. Orang-orang yang sudah mengerti biasanya tidak ambil pusing dengan stigma. Tak perlu menunggu ditertawakan orang lain, mereka dengan santainya menertawakan diri sendiri.

Kalau tidak mau risiko, jangan menulis. Tidak menulis pun bukan berarti bebas risiko.

Ada perbedaan antara penulis dan hasil tulisannya.

Penulis adalah manusia, bukan setan atau malaikat.

Setan hanya bisa tidak patuh pada Tuhan.

Malaikat hanya bisa patuh pada Tuhan.

Manusia, bisa patuh bisa tidak patuh pada Tuhan. Bisa jarang patuh atau sering patuh pada Tuhan. Yang tahu hanya hati sendiri dan yang tahu pasti ukuran akuratnya adalah Tuhan.

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun