.
[K]epadamu pagi, aku menyambutmu di sini, mari menari demi kegembiraan hati, agar bunga cinta makin bersemi mewangi.
[A]jari aku, pagi, tentang kesetiaan pada hukum bumi, ajari aku yang lemah ini, yang tak berdaya ini, ajari aku bagaimana mencintai.
[M]engamatimu pagi, kamu tak bosan hadir setiap hari untuk melayani, kamu hadir karena memang harus hadir, karena waktumu untuk hadir.
[I]ndah bersamamu pagi, sebab kamu sepenuhnya hidup semata menjalani siklus kehidupan ini.
[S]etiap kali mengingat siklusmu pagi, yang kemudian menuju siang, sore dan malam, kuteringat siklus manusia yang lahir, dari bayi tumbuh menjadi anak-anak, remaja, dewasa, tua dan lalu mati.
.
“Kelahiran dan kematian cukuplah menjadi pengingat untuk apa manusia hadir di dunia ini. Tak usahlah berlebihan dalam segala sesuatu. Cukup itu lebih baik. Tak usahlah terlalu sibuk ke luar hingga lupa ke dalam. Tak usahlah terlalu sibuk ke dalam hingga lupa ke luar. Selalu jalan tengah itu lebih mencerahkan, menenangkan, membahagiakan, mendamaikan."
"Apa yang dilakukan manusia zaman dulu dirasakan oleh manusia zaman kini. Apa yang dilakukan manusia zaman kini akan dirasakan manusia zaman nanti. Cukuplah empati membimbing manusia untuk mengetahui dan memahami batas, menggugah kesadaran individual akan urgensi apa arti menghormati, menghargai, demi kesinambungan keselamatan kesejahteraan lahir batin manusia sebagai satu keluarga di bumi."
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H