Mohon tunggu...
Arimbi Haryas Prabawanti
Arimbi Haryas Prabawanti Mohon Tunggu... Jurnalis - Behind Arimbihp Photo and Craft

Half Photographer, half a Journalist Tempo.co

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Merajut Rindu di KAI Commuterline

22 Agustus 2023   01:33 Diperbarui: 22 Agustus 2023   02:20 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana keramaian di KAI Commuterline relasi Jogja Solo (Dokpri. Arimbihp)

Yogyakarta - Alunan musik keroncong menggema di setiap lorong-lorong, deretan gerbong perlahan meninggalkan para muda-mudi yang sekedar nongkrong, di tengah riuhnya Stasiun Tugu, tetiba semuanya terasa kosong.

"Penumpang KAI Commuterline dengan tujuan Solo Balapan harap menunggu di Jalur 2," suara itu berulang-ulang terdengar lantang, memaksa para penumpang sepertiku yang masih enggan beranjak.

Sembari mengeluarkan gawai untuk scan barcode, kupercepat langkahku agar segera sampai Commuterline. Sebab, meski terasa amat berat, aku juga tak ingin telat.

Tempat duduk khusus wanita di KAI Commuterline ini kupilih untuk duduk dan bersandar, sembari sesekali menghirup wangimu yang seakan masih belum juga pudar.

Pada gerbong kedua di sudut  ini, aku merasa aman, tak ada yang menggangguku saat sedang mengenang 3 jam perjumpaan singkat denganmu pada minggu kedua bulan Agustus di tepi Yogyakarta.

Aku tak sedang membahas UMR kota ini dan suasananya yang diromantisasi, tapi nyatanya, roda-roda besi dan hanya 8 ribu yang kubawa pulang-pergi, cukup untuk sekedar melihatmu secara nyata, bukan dalam angan atau layar kaca.

Perlahan mulai kupejamkan mata, meyakinkan diri bahwa besok semua akan kembali seperti semula, setidaknya hari ini, aku masih melihatmu baik-baik saja.

Sama sepertiku, bisa saja para penumpang KAI Commuterline ini sedang sibuk dengan perasaannya masing-masing, namun mereka terlihat duduk dengan nyaman, bahkan tak sedikit yang tertidur di pulas di bangkunya. 

Rasanya baru 5 menit, aku mendengarmu bercerita banyak tentang teman-teman di tempat kerja, menyeruput secangkir teh panas dan sepiring gorengan di bangku-bangku tua.

Rasanya baru 5 menit, suara merdu Almarhum Didi Kempot menyela guyonan mu yang masih membuatku banyak tertawa. Entah dia yang memang lucu, atau aku yang jatuh cinta?

Kereta listrik modern ini berjalan tanpa banyak goncangan. Ia melaju cepat, membawaku kembali pada kota kelahiran, sekaligus menciptakan 100 kilometer jarak denganmu dan menuai rindu yang hanya bisa diobati minimal satu kali dalam 2 minggu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun