Surakarta -Â Barisan remaja tanggung dengan gadget kekiniannya nampak berlalu-lalang, ada pula yang terlihat sibuk berswafoto bersama kawan sepermainan.Â
Tak jauh dari tempat mereka berdiri, ratusan gerabah warna-warni berbaris rapi, sebagian berbentuk hewan mulai singa hingga sapi, sementara yang lain berbentuk kartun masa kini.
Masih dalam kerumunan yang sama, pusaran roda dan berbagai wahana juga menjadi perhatian para manusia yang hari itu berada di sana.
Rasanya sudah lama, sejak pandemi melanda semua negara, keramaian Pasar Rakyat serupa hampir hilang ditelan berbagai larangan yang mengatasnamakan protokol kesehatan.
Meski kini bervakansi seolah hanya menjadi bagian kecil dari pelengkap instastori, kembalinya riuh Pasar Rakyat di Solo menjadi salah satu hal yang patut disyukuri.
Pasalnya, ramainya Pasar Rakyat dan kedatangan para pembeli adalah salah satu hal yang dinanti-nanti bagi Widadi (63), seorang penjual gerabah dan mainan dari Wonogiri.
Gubug bambu tempatnya bernaung sore itu mulai banyak didatangi, singa, sapi dan kodok bertenaga koin satu persatu, perlahan tapi pasti mulai diadopsi.
Sebagian pembeli lainnya memilih aneka truk, mobil hingga pickup mini berbahan besi.
Harga yang ditawarkan untuk mengadopsi replika hewan bertenaga koin alias celengan gerabah itu pun cukup bervariasi, mulai dari Rp 10.000 untuk yang paling kecil hingga Rp 100.000 untuk ukuran paling besar.
Sedangkan untuk roda-roda besi mini, Widadi membanderol harga mulai dari Rp 15.000 higga Rp 75.000.