Yogyakarta -Â Suasana kawasan Malioboro yang biasanya ramai pedagang cenderama, batik, dan kaos kini nampak begitu lengang dan sepi.
Tak lagi terdengar riuh pembeli yang menawar harga, para penjual yang menjajakan dagangannya dan merdunya musisi jalanan yang beraksi di sepanjang jalan.
Sepinya kawasan Malioboro tersebut karena, pedagang Malioboro tengah direlokasi ke tempat baru sejak awal Januari 2022 seiring dengan pelaksanaan perbaikan pedestrian yang dilakukan Pemerintah Daerah (Pemda) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Tempat baru yang digunakan para pedagang itu bernama Teras Malioboro 1 dan 2.
Lokasi keduanya berdekatan, Teras Malioboro 1 berada di belakang eks Bioskop Indra sedangkan Teras Malioboro berada di eks Kantor Dinas Pariwisata DIY.
Meski lebih tertata rapi dan baru, salah seorang pedagang yang menempati Teras 2 Malioboro, Nurul Hasanah (31) mengaku, dirinya sebenarnya lebih nyaman berdagang di lokasi yang lama.
"Kalau di lokasi yang lama (seberang Hotel Mutiara) lebih ramai, strategis, dan mudah didatangi pembeli," kata Nurul saat ditemui di kios barunya, Selasa (22/02/2022).
Selain itu, Nurul juga mengatakan, lokasi baru yang ia tempati sekarang menyebabkan penurunan jumlah pengunjung dan pembeli bahkan hingga 50 persen dari biasanya.
Menurut dia, hal lain yang membuat pedagang merasa kurang nyaman karena kios yang ditempati sekarang terasa lebih panas dan sempit.
"Kami juga tidak diberi tahu master plan atau rencana setelah ini seperti apa, yang pasti kalau sesuai sosialisasi, Teras Malioboro ini sifatnya sementara, mungkin untuk 2 sampai 3 tahun ke depan," imbuhnya.
Sedangkan untuk jam buka kios di Teras Malioboro 2, Nurul mengatakan, tidak ada aturan atau batasan yang diberlakukan sehingga waktunya lebih fleksibel.
"Kalau di sini bebas, saya pribadi buka sekitar pukul 13.00 dan tutup pukul 23.00 Waktu Indonesia Barat," kata Nurul yang sehari-hari berjualan kaos dan kain batik di Teras Malioboro 2.
Keluhan senada juga disampaikan salah seorang pedagang bakpia dan oleh-oleh khas Yogyakarta, Sri Rubiyanti (55) saat ditemui di kiosnya.
"Bukan hanya lebih sepi, harga parkir di sini juga lebih tinggi, sebelumnya kami bayarnya bulanan, sekarang harian," kata Sri Rubiyanti.
Lebih rinci, Sri Rubiyanti menuturkan, tarif parkir sebelumnya untuk pedagang yakni Rp 60.000 per bulan sedangkan saat ini Rp 5.000 per harinya.
Ia berharap, ke depan akan ada penyesuaian harga sehingga tarifnya tak lagi memberatkan para pedagang yang  menggunakan fasilitas parkir tersebut.
"Soal parkir memang ada kenaikan harga, tapi dari segi sewa kios, sampai hari ini para pedagang belum ditarik retribusi apapun," imbuhnya.
(Arimbi Haryas Prabawanti/2022)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H