Membaca artikel Ardian Bastian “Tak ada pilihan kontrak Freeport harus diperpanjang”, maka sebagai salah seorang rakyat Indonesia yang masih mempunyai harga diri dan kebanggaan atas bangsa ini merasa tergelitik untuk menjawab tiga pernyataan dan pertanyaan konyol ybs yakni sbb ;
- Tahukah anda bahwa PT Freeport di Indonesia adalah perusahaan afiliasi dari Freeport-McMoRan Copper & Gold yang bermarkas di AS itu adalah termasuk salah satu perusahaan pertambangan terbesar di dunia?
My coment # So what ? kalau terbesar sejagad raya sekalipun apa untungnya buat bangsa ini ! kalau PT.Freeport dapat memberikan manfaat dan keuntungan terbesar bagi Republik ini baru hebat, faktanya hanya memberikan keuntungan bagi freeport & konco ne.
- Freeport-McMoRan Copper & Gold memiliki total asset sebesar $ 58,7 Miliar atau setara Rp. 580 Triliun. Sebagai perbandingan bahwa perusahaan pertambangan emas (BUMN) terbesar yang ada di Indonesia saat ini adalah PT Aneka Tambang, Tbk yang hanya memiliki total aset sebesar Rp. 22 Triliun. Ibarat gajah melawan semut bukan?
My coment # Ini perumpamaan oon, tapi gue jawab ngasal aja dah “kalau semua semut di negeri ini kompak mengigit dan masuk ketelinga dan hidung gajah. Gue yakin bingit gajah akan kelojotan nangis bombay”.
- Mengapa masih ada yang berpendapat bahwa bila kontrak freeport tidak diperpanjang, maka akan dikelola oleh perusahaan BUMN dalam hal ini PT Antam? Bagaimana logikanya 'semut' bisa menggantikan posisi 'gajah'?
My coment # Logikanya sederhana saja, maka ketika kontrak tidak diperpanjang maka Gajah akan kelojotan nangis bombay sebab semua aset Freeport akan menjadi milik Republik Indonesia dan bule-bulenya pulang pake kolor doang.
- Bila sekarang anda telah tersadar bahwa Freeport adalah perusahaan penambang emas terbesar di dunia, apa yang bisa anda katakan bila ada yang menghendaki perusahaan lain sebagai pengganti Freeport di Indonesia?
My coment # Gue mo bilang ame elo, silahkan Freeport hengkang dari Papua, kekayaan alam di Papua pasti dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh bangsa ini untuk rakyat Indonesia umumnya dan rakyat Papua khususnya. Bila perlu walau dengan mengunakan cangkul sekalipun untuk menambang emas di Grasberg, bangsa ini akan tetap bangga dan tidak merasa hina dan miskin.
- Pernahkah anda membayangkan apa yang terjadi, bila tiba-tiba Freeport menghentikan seluruh aktifitasnya di Indonesia?
- Pertama yang jelas adalah disana terdapat ribuan tenaga kerja yang sedang aktif bekerja di area pertambangan. Bagaimana nasib mereka?
My coment # Nah yang ini gue coba jawab agak panjang lebar. Ini pengalaman di sektor kehutanan, sekitar akhir tahun 1990 an ada wacana untuk moratorium penebangan hutan. Reaksi dari pengusaha HPH yg ketakutan ijinnya dicabut mengatakan adan ada PHK berar-besaran dan pemerintah terpengaruh dan membatalkan wacana tsb, tapi pada akhirnya sekitar tahun 2000 an ketika hutan sudah rusak dan produksi kayu menurun maka secara otomatis industri kehutanan kekurangan bahan baku dan otomatis pula PHK juga terjadi. Apa pesan moralnya ? Sumberdaya alam akan habis suatu saat dan tidak akan abadi sehingga sekarang atau kapanpun PHK akan terjadi. Demikian PT.Freeport dia tdk akan abadi maka PHK sekarang atau 20 tahun lagi sama saja. Lagi pula kalau SDMnya handal dimanapun dia bisa bekerja, jadi jangan konyol mengangap bahwa hanya di Freeport mereka bisa bekerja. Sebagai contoh ketika karyawan IPTN Bandung di PHK maka sebagaian mantan karyawan IPTN dapat kerja di industri penerbangan luar negeri. Jadi jangan seperti katak dalam tempurung.
- Kemudian yang kedua adalah dari sisi penerimaan negara yang telah disumbangkan oleh Freeport semala ini rata-rata senilai kurang lebi Rp.8 triliun per tahun. Nilai uang yang tidak kecil bukan ?
My coment # Menurut gue sih ini bukan sumbangan tapi kewajiban mereka membayar royalty, dan royalty ni sangat kecil dibandingkan apa yang mereka bawa ke negara Amerika. Ente jangan cuma bicara berapa besar yang diterima negara RI dari PT.Freeport tapi ente paham engak berapa besar kerugian negara RI akibat dampak lingkungan yang diakibatkan tailing PT.Freeport ?
Penampungan tailing itu dikenal dengan nama ModADA (Modelling Ajkwa Deposition Area) dengan luas 230 hektar. Jarak dari pesisir pantai mencapai 120 kilometer. Jika produksi Freeport normal, tailing yang mengendap di ModADA mencapai 230.000 ton per hari. Endapan-endapan inilah yang penuh lalu terbawa aliran hujan, hingga merembes ke Sungai Ajkwa.
Ajkwa adalah sungai besar dengan puluhan anak sungai. Lebar mencapai 200 meter. Sungai ini menjadi perlintasan antar kampung. Namun, limbah tailing Freeport terbawa arus ke sungai, Ajkwa seperti menciut. Di dekat muara, jika air laut surut Ajkwa menjadi seperti kali kecil, lebar hanya lima meter.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh tailing PT.Freeport akan memberikan kerusakan terhadap ekositem hutan mangrove puluhan ribu hektar dan berakibat menurunnya kualitas biota laut. Kegurian yang diakibatkannya tak terhingga nilainya (bija ribuan triliun rupiah) dan dampak tailing ini akan diderita oleh masyarakat Papua dalam waktu ratusan tahun. Ente mikir ngak -------------?
- Yang ketiga adalah kemampuan modal dari perusahaan. Sebarapa mampukah perusahaan yang ada di Indonesia untuk berinvestasi sebagai penambang tembaga dan emas di Papua?
My coment #Saat ini PT.Freeport berproduksi dengan kapasitar 70 ribu ton per hari dan diperkirakan produksi tambang bawah tanah Freeport secara keseluruhan bisa mencapai hingga 260 ribu ton per hari pada 2021. Bayangkan cuy, mengapa Freeport ngotot menambang dgn produksi besar ya dengan tujuan secepatnya menghabiskan cadangan konsetrat yang ada di bumu pertiwi ini. Bayangkan juga dampak lingkungan dari tailing dgn kapasitas produksi 260 ribu ton per hari maka seluruh pantai mangrove di perairan Timika akan menjadi daratan tailing.