Mohon tunggu...
Ari Manangin
Ari Manangin Mohon Tunggu... Editor - Penulis Ulung

Catatan Pena, dari Bumi Nusantara North Celebes

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Puasa dan Keajaiban Kerupuk

1 April 2024   13:30 Diperbarui: 1 April 2024   13:36 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di suatu desa kecil yang dikelilingi oleh hamparan sawah hijau, tinggalah seorang lelaki bernama Bambang. Bambang adalah seorang yang sangat kreatif dan memiliki semangat tinggi, terutama saat bulan Ramadhan tiba.
Pada suatu hari, ketika bulan Ramadhan telah tiba, Bambang merasa sangat antusias. Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan menjalankan ibadah puasa dengan penuh keikhlasan dan kegembiraan. Namun, ada satu masalah kecil: Bambang sangat doyan kerupuk!

Setiap kali waktu berbuka tiba, Bambang tidak sabar untuk meletakkan sepiring kerupuk di depannya. Dia bahkan memiliki tradisi unik di mana dia akan memecahkan kerupuk dengan kepalanya sebelum mulai berbuka puasa. Teman-temannya seringkali bercanda, "Bambang, kamu lebih suka kerupuk daripada nasi!"

Namun, suatu hari, saat Bambang akan memecahkan sebuah kerupuk dengan kerasnya, terjadi sesuatu yang tidak terduga. Kerupuk itu meluncur dari tangannya dan melayang-layang di udara. Bambang berusaha menangkapnya, tetapi kerupuk itu menghilang.

Dia mencari di mana-mana, tetapi kerupuk itu benar-benar menghilang entah ke mana. Bambang merasa sangat bingung. Bagaimana mungkin kerupuk bisa menghilang begitu saja?

Keesokan harinya, ketika dia bersiap-siap untuk berbuka, dia menemukan kerupuk-kerupuk itu kembali muncul di depannya. Dia sangat terkejut! Tanpa ragu, dia segera memecahkan salah satu kerupuk dengan kepalanya. Kali ini, yang terjadi adalah sebaliknya: seketika itu juga, kerupuk-kerupuk itu berlipat ganda!

Bambang menatap dengan mata terbelalak ketika kerupuk-kerupuk itu terus bertambah tanpa henti. Rumahnya segera dipenuhi dengan kerupuk yang melimpah. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya, dia tersenyum lebar, menyadari bahwa ini adalah keajaiban Ramadhan yang luar biasa!

Sejak saat itu, setiap hari saat berbuka, Bambang dan warga desa menikmati berbagai jenis kerupuk dengan penuh sukacita. Mereka bahkan mengadakan lomba siapa yang bisa memecahkan kerupuk dengan cara paling unik. Dan begitulah, Ramadhan di desa kecil itu menjadi lebih ceria dengan keajaiban kerupuk yang tak terduga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun