Mohon tunggu...
Ari Manangin
Ari Manangin Mohon Tunggu... Editor - Penulis Ulung

Catatan Pena, dari Bumi Nusantara North Celebes

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kenapa Harus Curang?

23 Maret 2024   13:44 Diperbarui: 23 Maret 2024   13:45 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belakangan ini begitu ramai masyarakat yang mengkritik hasil putusan lembaga tertentu mengenai hasil putusan yang diumumkan baru-baru ini. kritikan tersebut mulai dari televisi, berita, podcast, bahkan langsung turun kejalan. 

Menurut mereka, hal ini dilakukan karena ada kecurangan yang terjadi di negara tersebut dengan begitu Terstruktur, Sistemastis, dan Masif (TSM). namun, kenapa hal itu bisa terjadi pada negara  yang katanya memiliki nilai demokrasi terbaik di dunia? 

Tentunya praktik curang dalam pemilu atau dalam konteks lainnya biasanya dilakukan oleh pihak yang ingin memperoleh keuntungan atau kekuasaan tanpa mengikuti aturan atau prosedur yang berlaku. Ada beberapa alasan mengapa orang atau kelompok tertentu mungkin memilih untuk melakukan kecurangan:

Pertama; Ambisi dan Keserakahan. Orang-orang yang sangat ambisius atau rakus akan kekuasaan atau keuntungan material mungkin merasa terdorong untuk melakukan kecurangan demi mencapai tujuan mereka tanpa memperdulikan etika atau keadilan.

Kedua; Ketidakpercayaan terhadap Proses Demokrasi. Beberapa orang atau kelompok mungkin tidak percaya pada proses demokrasi yang adil dan transparan, dan oleh karena itu mereka merasa bahwa kecurangan adalah satu-satunya cara untuk memengaruhi hasil pemilu sesuai dengan keinginan mereka.

Ketiga; Ketakutan akan Kekalahan atau Pengaruh Asing. Pihak yang merasa bahwa mereka tidak akan memenangkan pemilu secara adil atau merasa terancam oleh pengaruh asing atau kelompok saingan mungkin merasa terdorong untuk melakukan kecurangan untuk mempertahankan kekuasaan atau kepentingan mereka.

keempat; Kultur Korupsi dan Praktik Nepotisme. Di beberapa lingkungan politik, korupsi dan nepotisme menjadi budaya yang terkait erat dengan kecurangan dalam pemilu. Pemimpin atau elit politik yang korup mungkin merasa bahwa kecurangan adalah cara yang wajar untuk memperoleh atau mempertahankan kekuasaan mereka.

kelima; Ketidakadilan Sosial dan Ekonomi. Ketidakadilan sosial dan ekonomi dapat menciptakan ketegangan dalam masyarakat, yang mungkin mendorong beberapa pihak untuk menggunakan kecurangan sebagai alat untuk mengeksploitasi ketidakpuasan dan mendapatkan dukungan politik.

Meskipun alasan-alasan ini dapat menjelaskan mengapa beberapa orang atau kelompok memilih untuk melakukan kecurangan, penting untuk diingat bahwa kecurangan selalu merugikan integritas proses demokrasi, merusak kepercayaan masyarakat, dan membahayakan stabilitas politik. Membangun sistem politik yang adil, transparan, dan berintegritas adalah kunci untuk mencegah praktik curang dalam pemilu dan memastikan bahwa suara rakyat tercermin dengan benar dalam hasilnya. 

perlu di garis bawahi bahwa tulisan ini tidak ada maksud memprovokasi atau apapun itu. tulisan ini hanya sebatas edukasi pembelajaran yang mungkin kita bisa ambil hikmahnya.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun