Eksistensialis percaya bahwa tak ada pengetahuan yang terpisah dari subjek yang mengetahui. Kita mengalami kebenaran dalam diri kita sendiri. Kebenaran tak dapat dicapai secara abstrak. Oleh karena itu, eksistensialis menggunakan bentuk-bentuk sastra dan seni untuk mengekspresikan perasaan dan suasana hati.
Eksistensialisme menekankan individual, kebebasannya dan pertanggungjawabannya.
Seperti Nietzsche, Sartre mengingkari adanya Tuhan. Manusia tidak diarahkan; ia menciptakan kehidupannya sendiri dan oleh sebab itu ia bertanggung jawab seluruhnya atas pilihan-pilihannya.
Pemikiran fenomenologi menurut Husserl adalah bahwa untuk menemukan pemikiran yang benar, seseorang harus kembali pada “benda-benda” sendiri. Dalam bentuk slogan pendirian ini mengungkapkan dengan kalimat Zu den Sachen (to the things). Artinya kembali pada gejala pertama dan asli, sebagaimana yang ditunjuk oleh semua pengetahuan, konsep, proposisi, dan teori atau hukum yang terdapat dalam semua filsafat dan ilmu.
Husserl menemukan bahwa terdapat tiga reduksi dalam pendekatan fenomenologi, yaitu