Mohon tunggu...
Aril Pratama
Aril Pratama Mohon Tunggu... -

psychology

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Eksistensialisme Menurut Martin Heidegger

18 Desember 2013   08:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:48 2607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Martin Heidegger (1889-1976) di lahirkan di Baden, Jerman, dan mempunyai pengaruh besar terhadap beberapa filosof di Eropa dan Amerika Selatan. Ia menerima gelar Doktor dalam bidang filsafat dalam bidang filsafat dari universitas Freiburg di mana ia mengajar dan menjadi asisten Edmund Husserl (pencetus fenomenologi).

Menurut M. Heiddegger, eksistensialisme lebih dikenal sebagai bentuk gaya berfilsafat, pokok utamanya adalah manusia dan cara beradanya di tengah-tengah makhluk lainnya. Heidegger dianggap mempunyai pengaruh yang besar atau tidak dapat diabaikan terhadap eksistensialisme. Ia berusaha mengartikan makna keberadaan atau apa artinya bagi manusia untuk berada. Pertanyaan ini adalah salah satu pertanyaan mendasar dalam cakupan wilayah ontologi (ajaran tentang yang berada).[4] Karangannya yang sangat berkesan ialah Being and Time dan Introduction to Metaphysics. Kebanyakan tulisannya membahas persoalan-persoalan seperti “What is being?” (apa maknanya bila suatu entitas dikatakan ada?), “Why is there something rather than nothing at all?” Begitu juga judul-judul tentang eksistensi manusia, kegelisahan, keterasingan, dan mati.

Heidegger sangat kritis pada manusia pada zaman sekarang. Manusia yang hidup pada zaman modern hidup secara dangkal dan sangat memperhatikan kepada benda, kuantitas, dan kekuasaan personal. Manusia modern tidak mempunyai akar dan kosong oleh karena telah kehilangan rasa hubungan kepada wujud yang sepenuhnya. Benda yang konkrit harus ditingkatkan, sehingga manusia itu terbuka terhadap keseluruhan wujud. Hanya dengan menemukan watak dinamis dari eksistensilah, manusia dapat diselamatkan dari kekacauan dan frustasi yang mengancamnya. Seseorang hanya hidup secara otentik sebagai suatu anggota dari kelompok yang hanya tergoda dengan benda-benda dan urusan hidup sehari-hari. Tetapi, jika ia mau, manusia dapat hidup secara otentik dan memusatkan perhatiannya pada kebenaran yang ia dapat mengungkapkannya, menghayati kehidupan dalam contoh kematian, dan begitu memandang hidupnya dengan perspektif yang baru. Adapun Beberapa Sifat Eksistensialisme :



  • Eksistensialisme pada dasarnya adalah gerakan protes terhadap filsafat barat tradisional dan masyarakat modern.


  • Eksistensialisme menolak untuk untuk bergabung kepada sesuatu aliran. Mereka menolak watak teknologi totalitarianisme yang impersonal.


  • Eksistensialisme membahas soal-soal kedudukan yang sulit dari manusia.


  • Eksistensialisme menekankan kesadaran “ada” (being), dan eksistensi. Nilai kehidupan Nampak melalui pengakuan terhadap individual, yakni “I” (aku) dan bukan “It”.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
    Lihat Filsafat Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun