Mohon tunggu...
La Ode Muhammad Aril Masri
La Ode Muhammad Aril Masri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yakin usaha sampai

Social Activist◽Himpunan Mahasiswa Islam◽ Entrepreneur◽Philosophy◽Next Leader Politic and Business◽Writer and Reader

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Optimisme Pemuda

21 Maret 2024   23:00 Diperbarui: 21 Maret 2024   23:03 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Serangan Covid-19 telah memperlihatkan siapa saja yang benar-benar produktif. Gerakan-gerakan anak muda seperti kerelawanan, platfrom-platform yang bertujuan untuk peningkatan produktifitas atau self-development banyak lahir ditengah pandemi covid-19. Yang menjadi pionernya adalah generasi muda yang sadar bahwa untuk menikmati hasil dari bonus demografi harus menjadi produktif.

Semangat ini lahir dilatarbelakangi oleh beberapa faktor seperti eksistensi pemuda melalui gerakan empowerment, desakan-desakan ekonomi yang menyebabkan lahirnya platform-platfom pengembangan individu yang bisa diakses secara berbayar. Optimisme ini adalah menjadi modal awal dalam menghadapi puncak bonus demografi dan juga optimisme ini adalah spirit dalam melahirkan solusi baru dalam memecahkan tantangan-tantangan yang ada.
Komposisi pemuda Indonesia, hampir seperempatnya merupakan golongan pemuda yang memiliki usia 16 sampai dengan 30 tahun sesuai UU Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2019 Tentang Kepemudaan. Persentase ini cukup besar yang mana diatas 60 % penduduk indonesia adalah anak muda (laki-laki dan perempuan).

Oleh karena itu, potensi untuk mencapai puncak bonus demografi cukup terbuka lebar jika optimisme pemuda terus diperjuangan dan agenda-agenda kepemudaan mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan. Mindset pemerintah bahwa pemuda hanya sebagai obyek pembangunan harus direkontruksi. Pemuda tidak hanya menjadi obyek dari pembangunan melainkan sebagai subyek pembangunan. Maka dipandangan perlu bahwa anak muda harus dilibatkan dalam merumuskan agenda-agenda pembangunan bangsa.

Anak Muda, Medsos dan Bonus Demografi

Riset We Are Sosial Hootsuite yang dirilis januari 2019 mengatakan pengguna media sosial di Indonesia mencapai 150 juta atau sebesar 56% dari total populasi yang mana meningkat sebanyak 20% dari survei sebelumnya. Sementara pengguna media sosial mobile (gadget) mencapai 130 juta atau sekitar 48% dari total populasi. Jumlah pengguna terbanyak media sosial seperti facebook adalah anak muda (laki dan perempuan) yang berumur kisaran 20-29 tahun.
Penggunaan media sosial ini akan terus meningkat sampai pada puncak bonus demografi 2030. Potensi untuk mencapai puncak bonus demografi semakin terbuka lebar jika pemanfaatan media sosial bisa secara maksimal. Digitalisasi terjadi hampir disegala sektor yang mengharuskan transaksi-transaski ekonomi dilakukan secara digial pula. Namun yang perlu diperhatikan adalah pemuda yang menggunakan media sosial sebagai panggung kehidupan baru yang mana media sosial menjadi tempat pagelaran eksistensi yang tidak produktif.

Juga sebalinya, media sosial bisa menjadi ruang untuk mengekspresikan diri dengan tujuan self-development. Saat ini banyak platfom yang bertujuan untuk pengembangan diri. Menjaga produktifitas ini adalah perlu dalam mempersipakan diri menghadapi revolusi industri 4.0 dan 5.0.

Perjalanan menuju puncak bonus demografi akan terus beriringan dengan kemajuan teknologi. Dalam realitas perkembangan teknologi saat ini, pemuda diperhadapkan dengan kecanggihan-kecanggihan teknologi seperti artificial intelligence, big data dan lain-lain. Isu-isu ini akan menjadi sentral pembahasan dimasa depan. Oleh karena itu, anak muda mesti dibekali dengan kemampuan mengelola teknologi informasi sejak dini sebelum berkutat pada puncak bonus demografi 2030.

Penulis : La Ode Muhammad Aril Masri, Ketua DPD KNPI Konawe Utara

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun