Mohon tunggu...
Arik Kris
Arik Kris Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Dari Nothing Jadi Something

12 Oktober 2016   22:39 Diperbarui: 12 Oktober 2016   22:43 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Produksi dapat diartikan dengan dua konsep, yaitu:

Kegiatan menghasilkan barang dan jasa: Pengertian kegiatan produksi dalam menghasilkan barang dan jasa adalah menghasilkan barang dan jasa yang belum ada sehingga bertambah jumlahnya atau memperbesar ukurannya.

Kegiatan menambah nilai guna barang dan jasa: Pengertian kegiatan produksi dalam menambah nilai guna barang dan jasa adalah kegiatan yang menambah nilai guna barang dan jasa sehingga barang dan jasa mempunyai nilai guna atau manfaat. Contohnya adalah kayu yang diolah menjadi kursi, meja, almari,dsb.

Hasil produksi tidak hanya dalam bentuk barang saja, tetapi juga bisa berbentuk jasa. Produksi memiliki tujuan yaitu untuk memenuhi kebutuhan, tidak hanya sekedar menciptkan barang dan jasa namun harus memiliki manfaat atau utility juga. Dalam agama Islam juga di jelaskan bahwa Al Qur’an menekankan manfaat dari barang yang diproduksi. produksi itu sendiri sudah ada sejak manusia tercipta dimuka bumi bahkan pada Zaman Nabi Muhammad SAW. namun dengan perkembangan dan berjalannya waktu kegiatan produktivitas menjadi sangat luas sebab terdorongnya pengaruh dari keinginan manusia yang tidak lagi hanya memenuhi kebutuhannya saja.

Sebagai khalifah, sangat dianjurkan untuk selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidup dengan cara salah satunya yaitu berproduksi. Tentunya berproduksi yang baik sesuai dengan syariat Islam. Sebab Islam dengan berproduksi tentunya lebih baik daripada menjadi seseorang yang hanya meminta-minta pada orang lain. Seperti sabda Rasulullah SAW:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ سَأَلَ النَّاسَ أَمْوَالَهُمْ تَكَثُّرًا، فَإِنَّمَا يَسْأَلُ جَمْرًا فَلْيَسْتَقِلَّ أَوْ لِيَسْتَكْثِرْ»  (رَوَاهُ مُسْلِمٌ)

Artinya: "Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasul SAW bersabda: barang siapa meminta-minta harta pada orang lain dalam rangka untuk memperbanyak (hartanya), sesungguhnya ia meminta bara api, maka hendaklah ia mempersedikit atau memperbanyaknya" (HR. Muslim).

Hadits di atas sudah jelas bahwa apabila seseorang masih mampu berproduksi tidak boleh meminta-minta harta pada orang lain. Sesungguhnya Allah SWT. telah menciptakan manusia dengan mempunyai akal dan pikiran. Alangkah baiknya jika setiap umat Islam mencoba untuk menjadi seorang pengusaha meskipun dalam skala kecil daripada menjadi seorang pengemis.

Produktivitas tidak hanya ditujukan kepada orang-orang dewasa saja, bahkan seharusnya pada usia muda bisa mulai mempelajari bagaimana menciptakan sesuatu (dari nothing jadi something) atau menjadi pengusaha yang sukses pada usia muda. Memang hal ini tidak semudah membalikkan telapak tangan, namun apa salahnya jika mau mencoba. Sebenenarnya banyak sekali objek yang dijadikan proses belajar untuk mengasah kreatifitas seperti internet, seminar, dan juga kita bisa belajar dari orang-orang sukses.

Berikut ini adalah salah satu warga negara Indonesia yang menjadi pengusaha sukses.

Sunny Kamengmau

Sumber gambar: Kamengmau via indonesiayoungentrepreneurs.com

Anda pernah mendengar tas tangan merek Robita? Tas Robita yang begitu populer di Jepang ini bahkan kabarnya menjadi idaman oleh semua kalangan sosialita di negara sakura itu. Orang yang berada di balik 'dapur' tas merek Robita ini adalah Sunny Kamengmau, pemuda asal Nusa Tenggara Timur (NTT). Siapa sangka pemuda yang tidak pernah lulus SMA itu akhirnya menjadi pengusaha sukses yang dapat menginspirasi siapa pun yang mendengar kisahnya.

Sunny mengawali bisnisnya dengan modal nekat. Setelah meninggalkan kampung halamannya dan pergi ke Bali, ia bekerja sebagai tukang sapu di sebuah hotel. Selang beberapa lama ia pun diangkat menjadi satpam karena dianggap memiliki etos kerja yang bagus. Selama itu, ia juga memanfaatkan waktunya untuk belajar bahasa Inggris dan bahasa Jepang. Gaji pertamanya ia sisihkan untuk membeli kamus dua bahasa asing tersebut dan mempelajarinya dengan tekun. Keberuntungan mungkin memang berada di pihaknya sejak awal ia dipekerjakan di hotel tersebut, karena di sana ia berkenalan dengan seorang pengusaha asal Jepang yang kemudian memintanya untuk memasok tas kulit ke negaranya. Meski sempat terseok untuk beberapa lama, bahkan hampir kehilangan semua penjahit tas yang bekerja untuknya, Sunny perlahan bisa bangkit dan bisnis tasnya itupun kian diperkokoh hingga mampu memiliki 100 orang karyawan.

Bagaimana, sangat inspiratif bukan? Memang banyak yang mengatakan tidak semua orang punya bakat jadi pengusaha, namun menilik dari kisah di atas, dapat disimpulkan bahwa kesuksesan merupakan hasil dari kerja keras, bukan murni dari bakat. Semua orang pasti bisa menjadi seorang pegusaha tergantung pada kemauannya. Allah pun pasti memberi jalan pada umatnya jika mengalami kesulitan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun