Beberapa hari ini kita disuguhi berita pemberantasan beras oleh satgas pangan, yang dampaknya harga padi dibawah 400ribu, bahkan para petani enggan menjual hasil panennya, karena harga yang dibawah rata-rata.
Beberapa hari yang lalu saya ngobrol sama temen petani yang bingung mau menjual hasil panennya, saya tanya kenapa tidak dijual langsung, bukannya harga gabah basah/gabah belum kering sekarang mencapai 420ribu, "harganya emang segitu tapi pembeli tidak berani mengambil takut ketanggap satgas pangan, pembeli di desa sebelah ada yang ketangkap, beginilah nasib petani, pas panen harga gabah turun pas waktu penanaman harga pupuk melambung, kapan petani disejahterakan.Â
Kalau boleh tau biasanya harga gabah kering berapa perkwintalnya. "biasanya harga gabah kering bisa diatas 400ribu, gabah basah hanya selisih 20ribu sampai 30ribu perkwintal, kalau gabah kering 450ribu, Â gabah basah bekisaran 420 sampai 430ribu", terus apa yang akan dilakukan kalau harga gabah merosot dibawah 400ribu? "mungkin kita timbun sampai harga stabil, Â karena petani juga tidak mau rugi".
Dari obrolan saya dengan temen petani, Â bahwa petani tidak mau rugi, Â karena musim panen ini hasil juga tidak bisa stabil, banyak yang diserang hama, pupuk pun juga dibatasi, Â harga obat2an juga mahal, banyak petani yang mengeluh karena pemerintah tidak pernah peduli dengan petani.Â
Dari kasus pengrebekan pabrik beras merk makyus, dampaknya ke petani padi, Â kalau beli gabah mahal ya wajar kalau jual berasnya mahal, kalau beli gabahnya murah petani dapat apa? Cuma dapat capek. Ujar temen petani.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI