Mohon tunggu...
Arik Gustian
Arik Gustian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sejarah

Hallo semuanya, kenalin, saya adalah ex-mahasiswa sejarah Universitas Padjadajaran yang memiliki minat lebih terhadap sepak bola, dan apapun yang bernada sastra.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Filosofi Kopi Membuat Kopi dan Seisinya Menjadi Primadona

25 Januari 2023   19:59 Diperbarui: 25 Januari 2023   20:06 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Dihadapinya mesin yang agung itu dengan kegagahan seorang Bima, ditimbangnya biji yang sudah dikoyak-koyak sehalus tepung, digabungkannya portafiter dengan mesin, selintas pandang aliran coklat pekat mulai mengalir membasahi gelas. Tak puas sampai disitu, dia pun mengeluarkan susu dari lemari pendingin, yang siap ia berikan putaran. Gelas dan milk jug mulai berhadapan, dengan sedikit tuangan yang memutar, 1..2..3 sebuah angsa lahir dengan aesthetic yang siap dibagikannya melalui instagram, lengkap dengan sebaris tulisan "More beautiful than you". Senyum kemenangan mulai mekar dibibirnya, dengan sedikit pujian kedalam dirinya, ia pun bergumam, aku lah sang barista".

Yap, barista hingga saat ini masih menjadi profesi yang eksotis buat kalangan anak-anak muda. Menjadi juru racik kopi di tempat yang aesthetic, berpenampilan modis saat bekerja, dan bisa memberi makanan bergizi untuk media sosial pribadinya mungkin menjadi salah-satu alasan banyak anak muda yang mengidamkan dirinya menjadi seorang barista. Bayaran yang biasanya ngga mencapai UMR juga ternyata bukan alasan buat mereka mengurungkan niatnya dalam menyelami profesi ini. Lantas apa yang membuat citra dari barista berhembus semerbak dikalangan anak muda saat ini ?. Ngga bisa dipungkiri beberapa tahun kebelakang industri perkopian di Indonesia meningkat dengan cukup signifikan, dari hulu hingga hilirnya. Maka ngga heran semua aspek yang berhubungan dengan kopi menjadi sangat hyphening.

Kopi yang pada awalnya identik dengan minuman bapak-bapak, kini malah lebih identik dengan puisi, senja, dan filosofi. Faktor pendorong naik daunnya industri kopi memang ngga lepas dari peran filosofi, yaa maksudnya film Filosofi Kopi. Kalian juga pasti udah ngga asing kan sama film ini ?. Film ini diadaptasi dari novel karya Dewi "dee" Lestasi yang tayang untuk pertama kalinya pada 9 April 2015, berkisah mengenai perjalanan Ben dan Jody dalam membangun bisnis kedai kopi.

Ben  merupakan seorang barista yang diperankan oleh Chicco Jerikho. Sudah ngga bisa diragukan memang, pesona seorang Chicco Jerikho yang tampil super keren dalam meracik kopi dalam film ini, ternyata berhasil membawa pesona barista sekeren dirinya di kehidupan nyata ~padahal kalau Chicco sih, memang keren aja jadi apapun juga~. Chicco Jerikho dan Rio Dewanto berhasil membentuk sebuah citra bahwa selain menjanjikan secara materil, membuat sebuah bisnis kopi juga bisa meningkatkan kadar ke-kece-an seseorang layaknya mereka.

Suksesnya Film Filosofi kopi berbanding lurus dengan kemajuan industri kopi di tahun setelahnya. Sedikit mengutip, menurut Menteri Koordinator bidang perekonomian, tingkat konsumsi kopi domestic di Indonesia tahun 2014-2021 mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, yakni sebesar 250% (International Coffee Organization, 2021). Masih dari sumber yang sama, peningkatan pun terjadi pada jumlah coffee shop yang meningkat hingga 3x lipat pada tahun 2016 hingga 2019 ~2016 ada 1083 gerai, 2019 ada 2937 gerai~.

Kehebohan dari dunia kopi ngga berhenti sampai disitu, sebagai bentuk respon dari tingginya minat menjadi barista, pada tahun 2018 Institut Pertanian Bogor membuka sekolah kopi untuk melahirkan  barista-barista muda berbakat yang siap menjawab semua pertanyaan dari pendekar-pendekar kopi yang bergentayangan di setiap coffee shop.

Sebagai bagian dari komunikasi media masa yang memiliki tujuan untuk menyampaikan gagasan atau pesan moral, Ini hanyalah contoh kecil bagaimana kekuatan sebuah film bisa berdampak luar biasa pada banyak sektor di kehidupan nyata. Kalian mungkin sering juga kan menyadari adanya gaya hidup yang terbentuk akibat dari film ?. Melihat potensi keberhasilan film dalam membangun citra baik maupun buruk, jadi muncul pertanyaan nih, ada ngga ya film yang akan berhasil menekan angka kejahatan di Indonesia kayak korupsi misalnya ? atau kejahatan lainnya ? atau terlalu muluk-muluk untuk mengharapkan hal itu terjadi ?  Ya semoga hal-hal baik bisa beranak-pinak di sekeliling kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun