Jika ingin dengar kabar keberadaan kepala daerah, Ongaku menjadi sumber rujukan karena para jurnalis Bengkayang pun berkumpul disini. Dengan berada 1 jam saja di Ongaku, saya sudah menyerap banyak kabar, isu serta gosip di Warung Kopi Ongaku.
Di Ongaku yang menjadi favorit saya adalah kopi hitam, kopi susu dan kacang hijaunya. Istri Ongkau memang berkeahlian membuat kue-kue sehingga warung kopi ini punya kekkhasan dengan jualan kue-kuenya. Anak-anak Ongaku aktif membantu berjualan kopi sehingga sejak berdirinya hingga sekarang tetap laris didatangi pengunjung.
Keahlian Ongkau sebagai barista memang tidak bisa disangkal. Racikan kopinya membuat penikmat kopi seakan "menagih" terus akan sajian kopinya. Di penghujung kedatangan saya kali ini, saya memimpikan Ongaku nantinya memiliki cabang atau oulet-outlet di berbagai daerah, minimal di Pos Lintas Batas Negara Jagoi Babang dengan Sarawak, Malaysia.
Jagoi Babang adalah salah satu dari 17 kecamatan yang berada di Kabupaten Bengkayang yang bersebelahan dengan wilayah Sarawak, Malaysia. Berbeda dengan tiga tapal batas Indonesia di wilayah Kalimantan Barat dengan Malaysia seperti Aruk, Badau dan Entikong, maka Jagoi Babang adalah titik terdekat dengan Kota Kuching.
Dalam beberapa bulan ke depan, Pos Lintas Batas Negara Jagoi Babang akan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo. Dengan selesainya Pelabuhan Internasional Pantai Kijing Mempawah, dan pembangunan Bandara Singkawang tengah berproses maka Bengkayang harus bersiap menjadi kabupaten yang strategis di mata investor.
Warung Kopi Ongaku akan tetap menjadi saksi kemajuan kabupaten berpenduduk 289.587 (2021) seluas 5.390,30 kilometer persegi atau 8 kali luas Jakarta itu menatap masa depannya. Episode tertangkapnya Bupati Bengkayang periode 2010 hingga 2021 Suryadman Gidot karena kasus rasuah oleh Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK hendaknya menjadi "pelajaran" penting bagi warga Bengkayang.
Ongaku menjadi saksi "kemunduran" dan "kemajuan" Bengkayang dan di Ongaku kita bisa memundurkan waktu untuk melihat masa depan kemajuan.
*Ari Junaedi adalah akademisi, konsultan akademis dan kolomnis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H