Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Pahlawan di Tengah Keluarga

10 November 2024   18:06 Diperbarui: 10 November 2024   18:34 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
keluarga (Sumber: free/pixabay.com)

Pahlawan. Mengangkat senjata, menegakkan kebebasan, dan mengusir angkara murka terus dilakukan, pahlawanku tetap setia mengepalkan tangan. Tak terbatas waktu, setiap dada bernyala kembali mengibarkan sang saka. 

Minggu, 10 November bukan akhir pekan yang biasa. Libur akhir pekan selalu ditunggu. Tidak hanya menjadikan waktu untuk melenturkan otot-otot yang mengencang, terkadang hari minggu juga dipenuhi  begitu banyak kesibukan di rumah dan keluarga. Tidak ada hari sekolah dengan beragam tugas, tidak ada hari kerja dalam ragam lemburan, hari Minggu aalah hari keluarga. 

Meski terkadang kita lebih terasa sibuk. Kesibukan di rumah-rumah, tempat-tempat rekreasi, mal-mal kembali terjadi seiring harapan yang semakin terpenuhi. Hari Minggu menjadi hari perayaan untuk keluarga tercinta. Kita merayakan kegembiraan dan keceriaan bersama keluarga tercinta. Namun, kesibukan itu membawa kita melupakan keistimewaan hari ini,  hari istimewa yang diwariskan pahlawan-pahlawan bangsa.  

Hari ini, 10 November adalah hari Pahlawan. Biasanya sejak pagi kita menyiapkan seragam dan beragam kesibukan, mengikuti upacara, berdoa di berbagai makam pahlawan, mengadakan pesta rakyat, dan beragam acara mengenang kehebatan pejuang-pejuang kita.  Namun, hari ini kita tak lagi  mengenakan beragam seragam, sekolah tak terlihat mengadakan upacara, instansi tetap terasa senyap,   tak terasa  seremonial  memaknai hari Pahlawan yang menggema di Nusantara.  

Sepanjang hari tidak begitu banyak seremonial. Tidak begitu banyak sekolah yang memekikkan kembali dan mengenang kembali peristiwa pejuang-pejuang di Surabaya, tidak begitu banyak upacara digelar diberbagai instansi pemerintah dan swasta. Tidak banyak berita yang menguasai media. 

Kita merayakan kegembiraan dan keceriaan bersama keluarga tercinta. Namun, kesibukan itu membawa kita melupakan keistimewaan hari ini,  hari istimewa yang diwariskan pahlawan-pahlawan bangsa. 

Cerita heroik di tengah keluarga

Tahun ini, saat hari pahlawan tiba, kita begitu banyak bercengkerama dan tinggal dalam ruang-ruang relasi dalam keluarga. Akhir pekan dalam sambutan dan kehadiran nilai kepahlawanan dihadirkan. cerita-cerita heroik kepahlawanan, perjuangan pahlawan bangsa kembali dihadirkan dalam kebahagiaan bersama keluarga. 

Saat anak-anak sekolah tidak lagi berseragam, pekerja-pekerja kantoran tidak lagi sibuk berdesakan dan bersikutan, saat perusahaan-perusahaan menghentikan sejenak segenap hiduk pikuk lemburan, menghadirkan kisah sensasi kepahlawan dalam keluarga mungkin  menjadi sukacita mengisi hari kebebasan. 

Bukan hanya menjadi hari keluarga nan cerita, Minggu, 10 November tetap menjadi hari yang begitu asyik untuk berbagi cerita. Hari Minggu, hari Pahlawan selalu menyisakan harapan kegembiraan saat anak-anak begitu lekat berharap kehabagiaan tiba. Ada keceriaan yang begitu dalam, ada kegembiraan yang terpancar, keluarga hidup dalam sukacita kesederhanaan. 

Kita mungkin terbiasa dengan perayaan-perayaan riuh dalam beragam upacara.  Aneka seragam harus dikenakan, aneka acara harus dilakukan, aneka pesta perayaan hari istimewa  terkadang menyita begitu banyak biaya. Hari yang terus-menerus  kita pertahankan, apalagi warisan-warisan itu terkadang dilupakan. 

Di meja makan terkadang kita lebih asyik bercerita tentang kehebatan artis dan kekayaannya, menonton tv tentang kesibukan artis-artis yang kini berdasi menjadi anggota DPR dan wakil menteri,  membuka mesia sosial tentang  politisi-politisi yang terjerat  judi online,  atau sekadar membaca berita tentang hakim-hakim yang terlilit korupsi.

Kisah heroik dan drama kepahlawanan mungkin jarang sekali kita dengarkan di tengah-tengah keluarga. Di meja makan terkadang kita lebih asyik bercerita tentang kehebatan artis dan kekayaannya, menonton tv tentang kesibukan artis-artis yang kini berdasi menjadi anggota DPR dan wakil menteri,  membuka media sosial tentang  politisi-politisi yang terjerat  judi online,  atau sekadar membaca berita tentang hakim-hakim yang terlilit korupsi. Keluarga-keluarga dipenuhi kisah-kisah yang menjauhkan nurani; diam dan asyik dengan kesibukan sendiri. 

Cerita kepahlawanan itu tak lagi hidup menemami keluarga, menghiasai cerita-cerita di meja makan, atau menjadi dongeng anak menjelang tidur. Kisah heroik tentang perjuangan telah lenyap, karena anak lebih terlelap membuka  beragam media sosial, sementara orang tua pun asyik live di beragam media. Kita tidak lagi menghadirkan kisah-kisah heroik itu di tengah keluarga. Dan, mungkin kita lupa, hari ini adalah hari Pahlawan. Selamat Hari Pahlawan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun