Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Paskah dalam Keheningan

31 Maret 2024   19:09 Diperbarui: 1 April 2024   07:26 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-- Sebanyak 404 anggota jemaat di Gereja Katolik Roh Kudus, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (16/4/2022), mengikuti Misa Vigili Paskah yang dipimpin Yohanes Setiyawan PR. (KOMPAS/AGNES SWETTA PANDIA)

Tak terputus api duka, sapa Paskah dalam keheningan turut hadir mempertunjukkan kebersamaan. Ada sebuah pesta hening saat jutaan manusia larut dalam pesta raya memuji Allah semesta. 

Kedosaan manusia berakhir, Paskah hadir sebagai ujung termulia meraih sukacita bagi manusia. Umat Kristiani kembali menghadirkan Yesus, Sang Mesias menjadi wujud mulia kehendak Allah di dunia. 

Pesta perayaan Paskah seolah menandai penebusan dan kembali hadirnya harapan akan kebaikan Allah yang selalu hadir dalam diri manusia. Paskah seolah tidak hanya menandai sebuah peristiwa sakral penyaliban tetapi menjadi pertanda setiap insan perpasrah diri. 

Kebersamaan (Sumber: aprilsylvester@pixabay.com)
Kebersamaan (Sumber: aprilsylvester@pixabay.com)

Setelah hampir tiga tahun, rentetan suasana pandemi tak lagi mampu mempertemukan umat manusia dalam ekaristi kudus di gereja-gereja, kebebasan mulai bangkit, keberanian menjelma menjadi sebuah tradisi pertemuan sejati. 

Tidak lagi dalam diam, gereja-gereja mulai dipenuhi pujian ayat-ayat Ilahi. Nyanyian agung, madah mulia, dan doa litani bergantian berkumandang laksana membuka bangkitnya optimisme manusia pada kehidupan. 

Pesta perayaan Paskah seolah menandai penebusan dan kembali hadirnya harapan akan kebaikan Allah yang selalu hadir dalam diri manusia. Paskah seolah tidak hanya menandai sebuah peristiwa sakral penyaliban tetapi menjadi pertanda setiap insan perpasrah diri.

Serangkaian upacara pekan suci bergema di gereja-gereja. Kepadatan umat untuk kembali hadir di pintu gereja adalah sebuah kerinduan yang selama ini terbatas kehendak. 

Pekan suci adalah sebuah pertanda pengorbanan, penebusan, pengampunan, keselamatan, pembaruan dan solidaritas. Paskah bukan lagi menjadi pertanda sebuah penderitaan tetapi menjelma menjadi solidaritas, cinta, dan empati pada sesama umat Allah. 

Di kota-kota, puluhan gereja dipenuhi ribuan umat. Di sudut desa, gereja-gereja kecil ikut menyemarakkan ibadat-ibadat Paskah. Kegembiraan dalam kidung silih berganti memuji, bersahutan dalam suara lonceng dan alunan litani. 

Setiap hari, ibadat di berbagai lingkungan-lingkungan mempersiapkan datangnya penebusan. Bahkan, gereja menjadi rumah nan istimewa yang membentuk keluarga abadi umat manusia. Setiap hari, berbagai gereja lalu-lalang, ramai mempersiapkan Paskah bagi umat manusia. 

Bukan menjadi sebuah pesta hura-hura, Paskah menjadi pertanda pesta rohani mempertanggungjawabkan kehendak hati. Setiap manusia adalah sahabat bagi sesama. 

Setiap manusia adalah sahabat bagi yang lemah, miskin, dan tersingkir. Bukan sebuah ujian yang harus dipertaruhkan, justru kehadiran Paskah menjadi pertanda bangkitnya jiwa kemanusian yang dipenuhi kasih. 

Paskah bukan lagi menjadi pertanda sebuah penderitaan tetapi menjelma menjadi solidaritas, cinta dan empati pada sesama umat Allah.

Empat puluh hari mempersiapkan Paskah menjadi sebuah perjalanan rohani yang tak terhenti hanya pada sebuah perayaan saja. Meski penebusan telah terjadi, Perayaan Paskah tidak sekadar tradisi yang wajib dirayakan dan hilang tertelan hidup ragawi. Perayaan Paskah menjadi perayaan kesederhanaan yang dihadirkan dan menandai pengorbanan umat manusia atas sesamanya. 

Meski Pesta Paskah telah terhenti berdetak di dalam sanubari umat Kristiani, tetapi perayaan toleransi tidak akan pernah selesai. Apalagi di sekitar kita, jutaan umat Muslim berjuang mempersiapkan diri menyambut hari nan fitri. 

Puasa menjadi jalan membersihkan diri menyambut hari nan suci. Kita bersyukur hidup dalam rahmat keberbedaan dan keberagaman nan abadi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun