Setiap hari, ibadat di berbagai lingkungan-lingkungan mempersiapkan datangnya penebusan. Bahkan, gereja menjadi rumah nan istimewa yang membentuk keluarga abadi umat manusia. Setiap hari, berbagai gereja lalu-lalang, ramai mempersiapkan Paskah bagi umat manusia.Â
Bukan menjadi sebuah pesta hura-hura, Paskah menjadi pertanda pesta rohani mempertanggungjawabkan kehendak hati. Setiap manusia adalah sahabat bagi sesama.Â
Setiap manusia adalah sahabat bagi yang lemah, miskin, dan tersingkir. Bukan sebuah ujian yang harus dipertaruhkan, justru kehadiran Paskah menjadi pertanda bangkitnya jiwa kemanusian yang dipenuhi kasih.Â
Paskah bukan lagi menjadi pertanda sebuah penderitaan tetapi menjelma menjadi solidaritas, cinta dan empati pada sesama umat Allah.
Empat puluh hari mempersiapkan Paskah menjadi sebuah perjalanan rohani yang tak terhenti hanya pada sebuah perayaan saja. Meski penebusan telah terjadi, Perayaan Paskah tidak sekadar tradisi yang wajib dirayakan dan hilang tertelan hidup ragawi. Perayaan Paskah menjadi perayaan kesederhanaan yang dihadirkan dan menandai pengorbanan umat manusia atas sesamanya.Â
Meski Pesta Paskah telah terhenti berdetak di dalam sanubari umat Kristiani, tetapi perayaan toleransi tidak akan pernah selesai. Apalagi di sekitar kita, jutaan umat Muslim berjuang mempersiapkan diri menyambut hari nan fitri.Â
Puasa menjadi jalan membersihkan diri menyambut hari nan suci. Kita bersyukur hidup dalam rahmat keberbedaan dan keberagaman nan abadi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H