Wajah-wajah anak bangsa mulai ditampilkan. Beragam gaya mencoba mempengaruhi anak muda, tampil bak pahlawan yang telah memperjuangkan kebaikan.Â
Wajah-wajah dalam papan ditampilkan di sepanjang jalan, perempatan, jalan kampung, rumah-rumah penduduk, bahkan sampai ke hutan. Seolah sang pahlawan tak pernah dikenal, baliho memenuhi jalan sepanjang Nusantara.Â
Dua ratus tujuh puluh juta rakyat Nusantara harus menentukan pilihan. Mereka harus kenal. Mereka harus tahu siapa yang pantas menjadi idola dan pahlawan baru yang siap dikenang dalam setiap lembar catatan sejarah.Â
Wajah-wajah penuh senyum, kegembiraan, dengan beragam sapaan tampil dalam baliho memenuhi kota sepanjang Nusantara.Â
Pemimpin baru akan lahir, penguasa baru akan lahir dari baliho-baliho yang sepanjang hari menatap kota dan jalan sepanjang Nusantara dengan senyuman khas penguasa.Â
Menjadi pemimpin harus dikenal, menjadi penguasa harus dikenang, menjadi pahlawan harus diperjuangkan. Tampil dalam serentetan baliho adalah pertanda kemenangan, minimal menguasai dalam pendanaan.Â
Namun, perjalanan panjang harus tetap diraih, karena kemenangan dalam demokrasi sebenarnya kemenangan rakyat. Tidak cukup hanya ditampilkan dalam baliho-baliho, tidak cukup dalam serangkan narasi-narasi palsu yang menghiasi media sosial menjadi pahlawan baru harus bekerja keras dan berakhlak.Â
Tidak cukup hanya ditampilkan dalam  baliho-baliho, tidak cukup dalam serangkan narasi-narasi palsu yang menghiasi media sosial menjadi pahlawan baru harus bekerja keras dan berakhlak. Â
Keriuhan pemilu memang telah dimulai. Bukan hanya menjadi ajang pesta bagi rakyat pemilih dan politikus, pemilu selalu saja menampilkan drama-drama yang berbeda ddalam setiap episodenya.Â
Pilihan mulai dibuka, rakyat mulai tahu tokoh-tokoh calon penguasa. Identitas diri mulai dicari, ragam kerja diuji.Â
Kemenangan bisa saja akan diperoleh bagi mereka yang telah teruji, mereka yang berjanji atau mereka yang peduli. Pemilu menjadi ajang menampilkan diri, tetapi tidak cukup tampil trendi di baliho-baliho dan orasi janji-janji tanpa arti.