Merdeka. Pekik merdeka seharusnya terdengar begitu keras, apalagi kenangan wajah kemerdekaan begitu kuat. Hari Pahlawan bukan hanya sebuah teriakan, tetapi mewujud dalam dada setiap anak muda.Â
Hari Pahlawan, 10 November. Hari ini, 10 November bukan hanya menjadi sebuah cerita sejarah tentang kehebatan superhero Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan, tetapi menjadi hari penuh perjuangan ketika anak-anak bangsa berjuang sekuat tenaga mempertahankan kemerdekaan. Kemerdekaan yang telah dikumandangkan 17 Agustus 1945 terusik dengan hadirnya angkara murka yang mencoba mencabut kebebasan.Â
Saat itu, 10 November 1945 pertempuran di Kota Surabaya tak dapat terhindarkan. Tentara Inggris mencoba mengusik kemerdekaan dan mencoba menguasai seluruh kota. Kemarahan rakyat tak terhindarkan, Jendral Mallaby terbunuh. Kemarahan tentara Inggris memuncak, dan pertempuran kota pun terjadi hampir di seluruh kota.Â
Rakyat bersatu dan dengan segala daya harus mempertahankan bangsa. Semangat membara mempertahankan kota telah begitu teguh ditunjukkan rakyat Surabaya. Meski perjuangan itu harus ditebus dengan wafatnya pejuang-pejuang sejati bangsa. Kota Surabaya pada akhirnya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena peran penting pejuang kemerdekaan seperti Bung Tomo, Gubernur Suryo, KH Hasyim Asyari, Abdul Mahab Saleh Mayjen Moestopo dan Mayjen Sungkono.Â
Mempertahankan kemerdekaan bukan hanya terjadi di Kota Surabaya. Senjata di tangan dan pekik merdeka yang begitu keras terdengar di seluruh pelosok Nusantara. Kemerdekaan bangsa yang telah diraih selalu saja mengusik penjajah untuk menguasainya. Bukan hanya dalam masa perang, mempertahankan kemerdekaan tidak sekadar mengusir penjajah, tetapi  mempertahankan setiap jengkal tanah tetap menjadi milik bangsa sendiri.
Kemerdekaan bangsa yang telah diraih selalu saja mengusik penjajah untuk menguasainya. BUkan hanya dalam masa perang, mempertahankan kemerdekaan tidak sekadar mengusir penjajah, tetapi  mempertahankan setiap jengkal tanah tetap menjadi milik bangsa sendiri.Â
Kemerdekaan TerusikÂ
Peperangan memang telah usai, tetapi usaha mengusik negeri nan damai, Indonesia, Â terkadang masih terjadi. Kemerdekaan yang telah diraih dengan persatuan dan kesatuan seluruh rakyat dicoba untuk dipecah belah dalam beragam perbedaan. Kini, upaya penghancuran itu dilakukan dengan menghancurkan sendi-sendi perbedaan. Padahal, kekuatan dasar bangsa ini adalah sebuah perbedaan yang tetap tertanam dalam jika setiap wakyat. Kita bersatu karena memang berbeda suku, berbeda budaya, berbeda bahasa, berbeda agama dan kepercayaan. Perbedaan itulah yang telah mengantarkan kita pada pintu kemerdekaan.Â
Perbedaan dan keberagaman bangsa masih terus diobok-obok . Usaha memecah belah bangsa begitu kuat dilakukan. Perbedaan suku, perbedaan agama, perbedaan pandangan, perbedaan pilihan politik, dan perbedaan sosial  menjadi sasaran empuk untuk dipecah belah. Mayoritas dan minoritas menjadi sebuah arena saling membenci. Mayoritas adalah penguasa, dan minoritas harus tunduk dan patuh.Â
Perang melawan ketidakadilan dan pelecehan terhadap hak azasi manusia memang hatus terus dilakukan. Khitah kembali sebagai satu bangsa yang penuh warna harus terus diperjuangkan. Anak-anak muda harus terus dilibatkan dalam setiap perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan persatuan sebagai Bangsa Indonesia.Â
Usaha memecah belah bangsa begitu kuat dilakukan. Perbedaan suku, perbedaan agama, perbedaan pandangan, perbedaan pilihan politik, dan perbedaan sosial  menjadi sasaran empuk untuk dipecah belah.
Ekskursi di Hari PahlawanÂ
Pekik merdeka harus tetap lantang diteriakkan. Bukan hanya untuk mengusir penjajah, membangkitkan kembali pekik merdeka di tengah usaha generasi muda membangun bangsa adalah sebuah semangat untuk menyatukan perbedaan dan membangkitkan toleransi  di tengah perbedaan. Salah satu upaya nyata adalah dengan dialog keberagaman lintas iman.Â
Kegiatan Eksursi Kolese Kanisius pada tanggal 9-10 November 2023 adalah salah satu upaya nyata membangkitkan kembali peran anak-anak muda untuk mengisi kemerdekaan dan mempertahankan keutuhan bangsa. Karena di sekitar kita begitu kaya akan  perbedaan, selayaknya generasi muda mengambil peran untuk menjadi tokoh yang sanggup memaknai setiap perbedaan bukan justru terlibat sebagai  sarana pemecah belah bangsa. Namun, upaya ini tidak akan berguna jika setiap generasi muda hanya berkutat  untuk mengolah kecerdasan saja.Â
Tanggal 10 November 2023, siswa-siswa kelas XII Kolese Kanisius mengunjungi sekolah-sekolah yang berasas nilai-nilai keagamaan, dan tempat-tempat  ibadah agama Islam, Hindu, Budha. Kegiatan ini adalah sebuah upaya nyata mendekatkan setiap siswa pada kekayaan nyata bangsa ini, yakni keberagaman.Â
Ekskursi dengan kegiatan utama dialog keberagam dan toleransi berlangsung di SMA Al-Izhar, SMA Lazuardi GCS, SMA Atisa Dipamkara, Masjid K.H. Hasyim Asy’ari, Pura Agung Wira Satya Bhuana, Pura Aditya Jaya, Vihara Hemadhiro Mettavali, Vihara Buddha Dharma Gotama, Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya, Vihara Ekayama Arama, dan Vihara Palyul Nyingma Indonesia berlangsung pada hari Jumat, 10 November 2023 pukul 09.00-11.30. Kegiatan ini bukan hanya sebuah dialog, tetapi menjadi cara Kolese Kanisius menghadirkan nilai-nilai Hari Pahlawan dalam dada setiap Kanisian.
Pekik Merdeka di Hari Pahlawan sejatinya tidak hanya terjadi saat upacara di sekolah-sekolah saja, tetapi seharusnya menghidupi mereka yang tersisih dan membutuhkan kemerdekaan yang sesungguhnya. Selamat Hari Pahlawan. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H