Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Istana Memerah, Kotaku Memerah

5 November 2023   19:09 Diperbarui: 5 November 2023   19:11 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terbakar (Sumber: andsproject-pixabay.com)

Aku mencoba berteriak dan mencoba melangkahkan kaki begitu cepat. Namun, aku tetap saja harus bertahan sebagai rakyat jelata. Tidak ada pilihan kecuali menyerah pada keadaan.

Pergulatanku pada pilihan tetap bertahan atau secepat diri melangkahkan kaki. Aku tetap bisa mengambil keputusan akan pilihan sesederhana itu. Hawa panas semakin menusukku, menusuk hati dan seluruh piliranku. Bahkan, kini, seluruh tubuhnya telah dikuasai hawa panas. 

Aku tetap bertahan untuk berdiri di ujung istana. Aku ingin melihat kedamaian di istana ini seperti dua atau tiga tahun yang lalu. Aku ingin melihat kotaku damai dan sejuk mengisi hati seluruh warga kota. Namun, istana ini begitu memerah. Semakin merah istanaku, semakin merah kotaku. Kemarahan mencengkeram seluruh istana dan seluruh kota. Aku tetap terdiam dan hanya sanggup menitikkan setetes air mata. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun