Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Podium Sang Pemimpi

17 Agustus 2023   23:45 Diperbarui: 17 Agustus 2023   23:49 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lapangan telah dipenuhi pengunjung. Sebagian besar mulai lelah berdiri dan duduk bergerombol menghadap panggung yang dipenuhi bermacam gambar partai dan nama sang jagoan. Di panggung tampak sebuah podium berdiri penuh misteri tepat di tengah-tengah panggung. Tidak ada yang bersuara, tidak ada yang menyampaikan sesuatu. Memang podium di tengah panggung itu tidak boleh digunakan oleh siapapun kecuali sang calon pemimpin. 

Lapangan mulai ramai saat musik mulai dimainkan. Sebuah lagu dangdut yang menyihir pengunjung untuk  menghadirkan gerakan dan tarian. Seluruh pengunjung tersihir dan ikut larut dalam suara nyanyian. Seluruh pengunjung bergoyang dan saling bersenggolan.

Satu lagu, dua lagu, tiga lagu diputar. Lapangan dengan panggung mewah itu menjadi sebuah pertunjukan yang dipenuhi bermacam nyanyian penuh goyang. Begitu banyak nyanyian pengunjung mulai melupakan seorang pemimpin yang akan menghidup dengan kebohongan-kebohongan. Hiburan tantang janji-janji tanpa bukti menjadi hiburan bagi mereka yang terhimpit ekonomi.

Cuaca semakin panas, matahari mulai serius memancarkan hidupnya. Pukul sebelas sinar matahari begiru menyinari kehidupan di Bumi. Semakin panas dan semakin panas, segalanya tak lagi terhindarkan. Lagu-lagu tetap mengalun dan mmberi kesibukan sibuan pengunjung. 

Laki-laki itu memang telah dikenal masyarakat sekitar sebagai kepala desa.Tepat pukul dua belas, laki-laki itu memberikan pengumuman bahwa sang jagoan tidak jadi datang.

Tidak ada kabar berita sampai kapan acara akan terlaksana. Pengunjung di lapangan mulai terduduk dan beristirahat, tenaga mulai habis dan terkuras. Ketika semua pengunjung mulai kelehan, seseorang masuk kelapangan. Tiba-tiba semua pengunjung mulai berdiri dan mendekat panggung. Laki-laki itu memang telah dikenal masyarakat sekitar sebagai kepala desa.Tepat pukul dua belas, laki-laki itu memberikan pengumuman bahwa sang jagoan tidak jadi datang. 

Pengunjung kecewa. Saat sang jagoan tidak datang, pengunjung waswas tentang dana impian yang diperoleh jika sang jagoan datang. Kini, ketika sang jagoan  tidak datang, mimpi mendapatkan dana talangan begitu saja dihancurkan. Tidak ada kegembiraan, tidak ada kebahagiaan. Pengunjung di lapangan mulai pulang. Dalam sekejap, lapangan kembali sepi dan kini hanya tersisa tenaga kebersihan. 

Lapangan itu telah kosong, tetapi panggung tetap kokoh berdiri. Sementara podium di panggung itu menjadi saksi kebohongan dan janji kosong sang pujaan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun