Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Podium Sang Pemimpi

17 Agustus 2023   23:45 Diperbarui: 17 Agustus 2023   23:49 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyingkirkan (Sumber: Geralt-Pixabay.com)

Podium. Sebuah podium berdiri di sebuah panggung. Pagi itu panggung memang ditata begitu apik. Seorang pejabat akan hadir dan memberikan janji-janji. Meski harus memilih, rakyap tetap punya pilihan.

Kesibukan mempersiapkan panggung belum usai. Meski jam telah menunjukkan pukul dua belas malam, panggung utama untuk menyambung calon penguasah belum juga selesai dipersiapkan. Sebagian pekerja telah mengantuk dan mencoba mendudukan tubuhnya pada sebuah bangunan sempit di dekat lapangan. Satu dua pekerja masih terlihat bekerja. Malam itu memeprsiapkan sebuah penghelatan kampanye belum juga usai. 

Pagi telah datang dan pekerja mulai terbangun. Seorang dengan dasi kupu-kupu datang mengendarai sebuah mobil warna putih terparkir di pinggir jalan. Sekedar memeriksa persiapan, kedatangannya membangunkan pekerja-pekerja untuk melanjutkan kerja. Kesibukan kembali terulang, pada pekerja menunjukkan kekuatan. 

Beruntung menjelang pukul tujuh segalanya telah selesai. Pekerja-pekerja begitu sigap mempersiapkan segala daya menyambut sang penguasa. Panggung semakin apik, tatanan lapangan begitu indah. Lapangan di pinggir Desa Minggir siap menerima tamu istimewa; seorang pejabat calon pemimpin. 

Satu per satu panitia mulai berdatangan. Segalanya dipersiapkan dengan begitu rapi dan terencana. Kesigapan panitia tak diragukan karena hari kampanye pejabat memang dipersiapkan dengan harga yang sangat mahal. Tampak dua tiga orang mulai berdiskusi, mempersiapkan apa yang akan terjadi pada pukul sembilan nanti. 

Semakin siang, sekumpulan panitia mulai berdatangan. Masyarakat yang mendapat undangan pun mulai memacetrkan jalan di depan lapangan. Ibu-ibu dengan beragam warna pakaian menghiasai lapangan. Tidak begitu lama lapangan telah dipenuhi pengunjung yang ingin mendengar janji-janji palsu sang calon pemimpin. Rakyat memang sudah begitu paham siapa yang akan datang dan menyampaikan gagasan. Sekadar memenuhi lapangan dan mendapatkan amplop uang makan, puluhan pengunjung memang sengaja diminta datang mendengarkan. Drama tentang sebuah kampanye memang harus dijalankan agar segala tipu daya seolah nyata adanya. 

Sekadar memenuhi lapangan dan mendapatkan amplop uang makan, puluhan pengunjung memang sengaja diminta datang mendengarkan. Drama tentang sebuah kampanye memang harus dijalankan agar segala tipu daya seolah nyata adanya.

Penantian panjang 

Pengunjung berdatangan dan memenuhi seluruh lapangan. Suara teriakan dan bermacam obrolan memenuhi lapangan, penantian sang pujaan segera hadir agar pekerjaan lain segera selesai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun