Istana. Sebuah bangunan besar nan megah yang berdiri tepat di tengah Ibu Kota seolah menyiratkan keangkeran yang luar biasa. Ketakutan untuk mendekat dan hadir diantara bangunan seolah menjadi cerita horor menyeramkan bagi warga.Â
Meski matahari belum menampakkan diri, cahaya pagi belum berani memunculkan arti sebuah hari, warga Ibu Kota mulai menyibukkan diri dalam serangkaian acara yang akan terjadi di Istana Merdeka. Kamis, 17 Agustus 2023, peringatan sejarah perjungan bangsa akan dilaksamakan di halaman Istana nan luas. Bukan hanya pejabat negara, rakyat biasa pun bisa hadir dan menyaksikan. Peringatan hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-78, 17 Agustus 2023 menjadi sebuah peristiwa langka yang menghadirkan mereka yang rindu akan sebuah kegembiraan saat kemerdekaan.Â
Perayaan kemerdekaan adalah perayaan kegembiran seluruh rakyat. Sebuah acara sakral yang selalu menuntut kesempurnaan, sebuah upacara selalu bisa dimaknai sebagai sebuah penghargaan dan permenungan akan sebuah pencapaian. Kehadiran warga untuk mengikuti upacara di pagi ini, bukan hanya sebuah antusiame kemerdekaan rakyat, tetapi menandai bahwa sebenarnya Istana adalah milih seluruh rakyat. Istana tidak menjadi sebuah bangunan mati dan menyeramkan, horor yang menakutkan siapa saja yang menginjakkan kaki di seputar lingkungannya.Â
Kemerdekaan untuk menikmati perayaan kemerdekaan adalah kegembiraan rakyat biasa. Hadir diantara orang-orang hebat di istana meluapkan semangat juang untuk menatap penuh harapan. Apakagi anak-anak menjadi bagian irama kegembiraan di tengah serangkan dentuman bising pesawat, meraung-raung meluncur, mengangkasa. Anak-anak, orang tua terperangah, terkagum-kagum membaut beragam cerita pada orang tua yang siap memeluk mereka. Pagi itu, Istana berpesta dalam menikmati pembebasan. Istana tidak lagi menjadi sebuah rumah besar yang dibangun menakutkan, menyeramkan, yang menuntut siapapun yang hadir mempunyai darah biru dan DNA pejabat.Â
Istana tidak menjadi sebuah bangunan mati dan menyeramkan, horor yang menakutkan siapa saja yang menginjakkan kaki di seputar lingkungannya.
Hari Kemerdekaan
Upacara Hari Kemerdekaan di pagi ini menyatukan warga Jakarta; anak-anak, ibu-ibu, bapak-bapak, remaja, pelajar, mahasiswa, orang tua, pejabat, menteri, presiden. Semua orang melupakan jabatan, melupakan status. Kini rakyat menyatukan diri, menggembirakan hati, memenuhi lingkungan istana, mengucap syukur. Kemerdekaan telah terjadi, kita menikmati karya pejuang-pejuang kemerdekaan.Â
Rangkaian kegembiran terlukis dalam beragam cara. Pengibaran Sang Merah Putih dalam derapan langkah kokoh pada tokoh pilihan. Suara musik menghentak, mengurung suasana pagi penuh hikmat. Suara penyanyi-penyanyi memesona menghilangkan kepedihan, menghadirkan kegebiraan. Dalam beragam kain dan buasana daerah, seluruh warga merasa terhormat. Tak ada rasa malu, apalagi rendah diri saat segalanya dimulai.Â
Kokoh Istana telah melenyapkan ketakutan. Kegembiraan dihadirkan dalam rupa kebersamaan. Rakyat bergembira, pejabat bergembira. Batas tak terasa, satu dalam perayaan kebebasan. Sebuah rumput nan menghijau di depan istana itu menyatukan warga sebagai Rakyat Indonesia. Musik dan lagu yang terus mengalun, membangkitkan siapa saja tergoda menari dan berjoged ria. Wajah-wajah kegembiraan tak padam meski musik sejenak terdiam.Â
Pejabat berjoged, Presiden menari, rakyat menggerakkan tangan dan tubuhnya, ribuan anak-anak meniru beragam gerakan yang dimainkan tentara berseragam. Istana terus bergoyang dalam serangkaian tarian, meski tanpa latihan lapangan di depan Istana berubah menjadi panggung pertunjukan.
Dalam beragam kain dan buasana daerah, seluruh warga merasa terhormat. Tak ada rasa malu, apalagi rendah diri saat segalanya dimulai.
Perayaan kebebasan bangsa dari belenggu penindasan di Istana hari ini adalah pesta kemeriahan rakyat yang terus dirasakan karena hasil perjuangan ribuan pasukan pemberani tak pernah terhenti. Kegembiraan rakyat pun tak pernah berhenti. Perjuangan rakyat tak pernah selesai. Karena kegembiraanm tak pernah dicapai tanpa sebuah perjuangan.
Kini, sebuah Istana yang berdiri kokoh puluhan tahun lalu itu tetap bertahan dan harus tetap dipertahankan. Di Istana itu, rakyat merasakan arti terbebas dari cengkeraman penindasan. Ada kegembiraan dirasakan yang terus terulang dan tak terhenti sampai akhir zaman.Â
Istana itu menjadi negeriku; ada damai, ada senyuman. Dirgahayu Negeriku,Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H