Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru dan Seniman Kehidupan

10 Agustus 2023   12:00 Diperbarui: 10 Agustus 2023   12:03 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guru. Bukan hanya nasib, sebuah malapetaka terjadi. Sosok guru teraniaya begitu keras, di sekolah, di tempat dia mengambil peran untuk membentuk sebuah lukisan kehidupan. Sosok tak berdaya yang terus terperdaya. 

Sebuah ketapel di tangan seseorang yang begitu tiba-tiba memasuki sebuah pintu sekolah. Dengan wajah penuh amarah, lelaki itu mendekat pada seorang guru yang dianggapnya berlaku hina pada anak kesayangannya. Kemarahan itu pun memuncak dan ketapel di tangan meluncurkan sebuah batu. Guru mengerang kesakitan, dan kemarahan seseorang pun hilang. Lelaki itu puas melukai sang guru dan lari meninggalkan pintu sekolah. 

Sebuah narasi sederhana, bagaimana seorang guru tiba-tiba harus berhadapakan dengan seseorang yang begitu mempertahankan kemarahan. Berbuat apa saja dengan dalil membela sang putra, lelaki itu melampiaskan amarahnya. Terjadilan kisah menyedihkan tentang seorang guru yang rela kehilangan satu matanya. 

Sebuah kisah nyata tentang guru. Sebuah kisah nyata bagaimana seorang guru di Bengkulu mencuat menjadi sebuah drama kehidupan dalam dunia pendidikan. Bukan hanya tragedi fisik yang menghancurkan diri, pengkhianatan dan pelecehan terhadap profesi tak terbentuk. Orang tua siswa merasa berkuasa dan menumpahkan kemarahan dalam sebuah drama siksaan. Di sekolah itu, guru menyerah tak berdaya. 

Zaharman (58), seorang guru di Rejang Lebong, Bengkulu, harus kehilangan mata kanannya yang rusak karena dikatapel Ar (45) orangtua muridnya pada Selasa (1/8/2023). Tak hanya dikatapel, Zaharman juga sempat diancam menggunakan senjata tajam oleh pelaku. Pemicunya adalah pelaku tak terima anaknya ditegur oleh korban saat merokok di belakang sekolah saat jam belajar. Walau menjadi korban, Zaharman dilaporkan balik oleh siswanya sendiri PDM (16), anak dari Ar atas kasus dugaan kekerasan terhadap anak. PDM membuat laporan ke Polres Rejang Lebong pada Rabu (2/8/2023). PDM menyebut ia mendapat tindakan kekerasan dari Zaharman, guru olahraganya. (1)

Ketika seorang anak kecil mulai masuk sekolah, seorang guru dengan kesabarannya harus menjadikan anak itu menjadi anak-anak istimewa.

Dalam setiap doa

Kisah antiklimaks bagaimana perjuangan guru terekam dalam seluruh kisah hidup sang guru untuk anak didik tercintanya. Ketika seorang anak kecil mulai masuk sekolah, seorang guru dengan kesabarannya harus menjadikan anak itu menjadi anak-anak istimewa; belajar membaca, menulis, berbicara, mendengarkan, bahkan mendidik anak bagaimana menghormati orang tua, menghormati yang lebih tua, menghormati sesama. Anak juga belajar bagaimana membantu orang tua dan menjadikan keluarga sebagai pedoman hidupnya. 

Saat menjadi remaja, puluhan guru mendidik untuk menjadi dewasa; berpikir, bertindak, bersikap dan beriman. Dalam dua belas jam, guru-guru mengawasi mereka dengan kesabaran dan ketekunan, bahkan keluarganya pun terkadang terlupakan. Guru harus tetap berjuang untuk anak-anak yang dititipkan di sekolah. Kini sang anak bukan hanya belajar menjadi dewasa, tetapi belajar menentukan jalan hidupnya, belajar menentukan pilihan hidupnya. 

Kini sang anak bukan hanya belajar menjadi dewasa, tetapi belajar menentukan jalan hidupnya, belajar menentukan pilihan hidupnya.

Memasuki masa kedewasaan, seorang guru tetap dibutuhkan. Guru-guru itu tetap berjuang agar setiap anak menjadi istimewa bagi keluarga, bagi masyarakat dan bagi negara. Sang guru terus-menerus melupakan kehidupannya untuk tetap melukis pada setiap anak yang dititipkan. Pribadi setiap anak harus terus dibentuk menjadi pribadi yang berbudi, berpikiran luas, dan menjadi orang hebat di tengah masyakarat. Guru-guru tetap setia pada panggilan.  

Ketapel itu telah mengakhiri aksi guru melukis kehidupan pada setiap anak. Ketapel itu telah meluluhlantakkan harga diri guru sebagai seniman kehidupan. Sang guru tetap tak berdaya di pembaringan, lemah, tanpa kekuatan apa-apa. Perjuangannya melukiskan keindahan untuk kehidupan generasi bangsa tak berharga. 

Namun, sang guru tetap setia menorehkan kehidupan dalam setiap doa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun