Kini sang anak bukan hanya belajar menjadi dewasa, tetapi belajar menentukan jalan hidupnya, belajar menentukan pilihan hidupnya.
Memasuki masa kedewasaan, seorang guru tetap dibutuhkan. Guru-guru itu tetap berjuang agar setiap anak menjadi istimewa bagi keluarga, bagi masyarakat dan bagi negara. Sang guru terus-menerus melupakan kehidupannya untuk tetap melukis pada setiap anak yang dititipkan. Pribadi setiap anak harus terus dibentuk menjadi pribadi yang berbudi, berpikiran luas, dan menjadi orang hebat di tengah masyakarat. Guru-guru tetap setia pada panggilan. Â
Ketapel itu telah mengakhiri aksi guru melukis kehidupan pada setiap anak. Ketapel itu telah meluluhlantakkan harga diri guru sebagai seniman kehidupan. Sang guru tetap tak berdaya di pembaringan, lemah, tanpa kekuatan apa-apa. Perjuangannya melukiskan keindahan untuk kehidupan generasi bangsa tak berharga.Â
Namun, sang guru tetap setia menorehkan kehidupan dalam setiap doa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H