Pendidikan. Pendidikan menyuguhkan harapan. Pendidikan menjanjikan perubahan. Sekuat tenaga, usaha memperoleh pendidikan tak pernah padam.Â
Usaha memperoleh pendidikan sampai ke ujung langit masih dirasa menjadi cara terbaik untuk memperbaiki kehidupan. Nasib kehidupan akan berubah, pendidikan tinggi harus terus dicapai. Seolah lulus tingkat menengah saja tidak cukup untuk bersaing dalam dunia yang semakin penuh persaingan. Orang tua menyiapkan sang buah hati agar siap menghadapi perubahan zaman yang semakin garang akan perubahan teknologi.Â
Kuliah adalah impian jutaan anak muda,  juga keinginan kuat orang tua.  Meski begitu banyak rintangan, mewujudkan keinginan untuk lulus sebagai sarjana dianggap menguntungkan. Tanpa kuliah dan menjadi sarjana, seolah sia-sia segala daya. Pendidikan tetap bernyala dan  dianggap sebagai pintu gerbang menuju kesuksesan.Â
Tiga tahun lalu, dunia dilanda kelesuhan. Serangan covid 19 meruntuhkan tatanan ekonomi, bukan hanya dunia tetapi Indonesia tak berdaya, dan harus bertahan. Ekonomi masyarakat sulit, sekadar bertahan dari ancaman kelaparan dan kesengsaraan. Namun, dunia pendidikan harus berjalan terus agar generasi tak hilang dan tenggelam ditelan kesengsaraan. Saat usai masa pendemi, dunia mulai hidup, segala aspek kehidupan mulai ditata. Ekonomi, sosial, dan pendidikan di  masyarakat mulai bangkit kembali.Â
Ekonomi masyarakat sulit, sekadar bertahan dari ancaman kelaparan dan kesengsaraan. Namun, dunia pendidikan harus berjalan terus agar generasi tak hilang dan tenggelam ditelan kesengsaraan.
Bangkit kembaliÂ
Lahirnya kembali semangat bersekolah dan memperoleh pendidikan yang lebih baik ternyata tidak serta merta  mendapatkan jalan kebaikan. Beberapa calon mahasiswa yang dinyatakan lulus seleksi masuk Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) melalui kerjasama Dinas Pendidikan Bangka Belitung terpaksa memilih mundur. Pasalnya beberapa peserta ini mengikuti seleksi jalur beasiswa awalnya, namun hanya dinyatakan lulus seleksi perguruan tinggi dan bisa tetap melanjutkan pendidikan asal mau membayar perkuliahan sendiri. Tetapi biaya perkuliahan yang diinformasikan Dindik Bangka Belitung sebesar Rp9 juta, dirasa berat oleh beberapa calon mahasiswa ini. (2)
Di tengah kesulitan bertahan dari kehidupan, banyak masyarakat yang tak sanggup membayar biaya sekolah. Â Universitas negeri tak lagi jadi prioritas. Apalagi dengan biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang tinggi. Bahkan, calon mahasiswa baru yang sudah lulus pun berani memilih mundur dan beralih ke perguruan tinggi swasta. Seperti yang dilakukan Aliya (bukan nama sebenarnya). Ia sempat diterima di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) jalur SNBT 2023. Perempuan asal Sawojajar, Kota Malang tersebut masuk dalam daftar calon mahasiswa baru (camaba) D4 Transportasi di Fakultas Vokasi, Unesa.
Ibu dari Aliya,mengatakan, informasi diterimanya Aliya di Unesa malah tidak membuat sang anak bahagia sepenuhnya. Biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang ditetapkan pada anaknya terbilang cukup mahal. "Kena UKT tinggi Rp 9,4 juta," kata sang Ibu, saat dikonfirmasi Republika.co.id, Selasa (4/7/2023). (4)
Calon mahasiswa yang telah bersusah payak mengikuti beragam ujiaan masuk harus menemui hambatan untuk mengikuti awal perkuliahan. Uang kuliah tak sanggup terbayar, ancaman gagal memperoleh impian seolah nyata di depan mata. Saat masa penerimaan mahasiswa baru tahun ini diwarnai kasus mundurnya sejumlah mahasiswa karena tidak mampu membayar uang kuliah tunggal (UKT). Plt Dirjen Diktiristek Kemendikbudristek Nizam mengatakan, mahasiswa yang tidak mampu membayar nominal UKT bisa mengajukan keberatan. Â (3). Sebuah jalan untuk mengajukan keberatan dan ketidakmampuan terbuka, tetapi banyak calon mahasiswa enggan mengurus dengan birokrasi yang berbelit-belit.Â
Seolah kalah sebelum bertanding, mundurnya calon mahasiswa menuai beragam kecaman; perguruan tinggi dianggap membelenggu calon intelektual bangsa mengembangkan dirinya
Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) mengungkapkan, tiga calon mahasiswa (camaba) hendak mengundurkan diri imbas uang kuliah tunggal (UKT) yang mahal. Koordinator Bidang Kemahasiswaan BEM UI Junitha Danuvanya berujar, ketiga camaba itu berasal dari jurusan yang berbeda-beda.(1) Seolah kalah sebelum bertanding, mundurnya calon mahasiswa menuai beragam kecaman; perguruan tinggi dianggap membelenggu calon intelektual bangsa mengembangkan dirinya.Â
Indonesia mulai bangkit. Masyarakat pun berusaha kembali menata kehidupan. Namun, jalan untuk memperoleh pendidikan terbaik ternyata menemui hambatan. Sekolah dianggap tak berpihak pada mereka yang membutuhkan. Kampus-kampus pun seolah berlomba-lomba dana pendidikan yang tak terkira. Untuk menikmati perkuliahan, berjuta-juta dana harus disiapkan.Â
Bagi mahasiswa yang diterima di S-1 Agribisnis, mereka dikenakan IPI mulai dari Rp 30.000.000-50.000.000. Di sisi lain, mahasiswa S-1 Kedokteran juga dikenakan IPI mulai dari Rp 150.000.000-225.000.000. Sementara itu, IPI yang dibebankan kepada mahasiswa S-1 Ilmu Komunikasi berkisar dari Rp 35.000.000-69.000.000. (5) Menjadi mahasiswa perguruan tinggi negeri saja begitu mahal, apalagi perguruan tinggi swasta, semakin mahal dan tak mungkin terjangkau rakyat biasa.Â
Bulan Agustus semestinya menjadi bulan kebebasan. Rakyat seharusnya mendapatkan kegembiran, kebahagiaan terbebas dari penjajahan. Namun, kebebasan memperoleh pendidikan ternyata belum menjadi hak seluruh warga negara. Bulan Agustus seolah menjadi awal perjuangan; pinjam sana pinjam sini untuk buah hati tetap memperoleh pendidikan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H