Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Konser Musik di Samping Rumah Sakit

4 Agustus 2023   18:49 Diperbarui: 4 Agustus 2023   18:53 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konser. Dentuman bertubi-tubi suara musik menggelager memekakkan telinga. Cahaya berkilauan memancar menusuk sudut-sudut kegelapan. Penonton berdesakan, berteriak dan semakin asyik berjingkrak. Suasana semakin malam semakin memanas. 

Sebuah panggung besar berdiri tepat di tengah sebuah lahan kosong. Beberapa pekerja tampak menata  beragam alat musik di atas panggung.  Tanpak sebuah cahaya warna-warni bergantian menyorot ke arah pangsung. Begitu indah tatanan panggung, seolah sebuah pertunjukan kelas internasional yang akan ditampilkan di ujung sebuah kota kecil. Meski lahan kosong itu bukan sebuah lapangan, tetapi luas lahan itu mungkin bisa menampung ribuan penonton. 

Tatanan panggung dengan dua videotron sejak dua hari yang lalu mulai dipasang. Panggung tampak begitu megah dengan beragam hiasan dengan ratusan bendera sebuah parpol memenuhi lapangan. Sebuah foto besar tampak begitu jelas di samping kanan panggung. Kesibukan pekerja panggung pagi itu tidak seramai satu malam yang lalu. Rencana, siang ini pangggung besar itu akan menjadi ajang penampilan grup band papan atas Ibu Kota. 

Panggung tampak begitu megah dengan beragam hiasan dengan ratusan bendera sebuah parpol memenuhi lapangan. Sebuah foto besar tampak begitu jelas di samping kanan panggung.

Anak-anak muda dan orang tua begitu penasaran ingin melihat seperti apa pertunjukan musik kelas internasional yang akan ditampilkan di kota kecil itu. Karena tidak pernah terjadi pertunjukan musk itu terjadi di kota kecil dan miskin. Maka, ketika pintu masuk dibuka, ratusan penonton berdesakan, berebut menemukan tempat yang nyaman untuk melihat artis pujaan. 

Mulai pertunjukan 

Meski peertunjukan baru akan dimujlai jam 5 sore, ratusan penonton mulai memadati arena konser sejak siang. Tak seorang pun mau tertinggal akan kesempatan langka yang tak pernah mereka saksikan. Apalagi, sebuah berita yang beredar, pertunjukan musik itu akan diliput secara langsung oleh televisi nasiona. Kini, bukan hanya anak muda saya yang mencoba mendekati panggung. ibu-ibu pun mulai ikut mengentre. Terlihat bebebrapa wanita berkerut yang asyik berdesakan mencoba meneroboh posisi paling depan. Pemandangan ratusan penonton menemukan tempat paling nyaman seolah mengalahkan segala keresahan yang dirasakan penghuni rumah di samping lahan yang digunakan untuk konser. 

Sore itu, penonton dari berbagai kota memadati sebuah lahan kosong yang disulap menjadi arena konser musik. Ketika pembawa acara mulai memasuki pangsung, suara gemuruh teriakan penonton mulai terasa. Saat seorang dengan pakaian rapi berpeci memasuki panggung, teriakan penonton semakin menjadi-jadi. Sore itu, seorang calon pemimpin sedang menawarkan diri untuk dipercaya menjadi orang terbaik di negeri ini. 

Kata-kata nan indah, janji-janji nan cantik seolah menyihir ratusan penonton menjadi pengikut setianya. Teriakan terus menggema, janji-janji semakin manis, dan semakin tidak logis. Gemuruh penonton mulai bosan karena kata-kata dan janji-janji yang disampaikan tetap sama. Bahkan dengan janji-janji yang pernah ditawarkan lima tahun yang lalu. 

Gemuruh penonton mulai bosan karena kata-kata dan janji-janji yang disampaikan tetap sama. Bahkan dengan janji-janji yang pernah ditawarkan lima tahun yang lalu. 

Penonton mulai bosan dengan kata-kata manis sang pendatang. Namun, kegaduhan mulai muncul ketika seorang wanita muncul dari balik panggung. Lelaki itu dilupakan dan tak dipedulikan lagi. Wanita muda itu didampingi dua orang laki-laki ganteng yang menenteng alat gitar dan sebuah saksofon. Sambutan meriah penonton akhirnya terjawab. Penyanyi dan grup band Ibu Kota mulai tampil memesona dan benar-benar menyihir kebosanan anak muda di kota itu. 

Di sebuah rumah sakit

Pertunjukan musik semakin malam semakin memanas. Seluruh penonton terkesima dan larut dalam kegembiraan yang tiada batas. Namun, di samping lahan panggung itu, ratusan orang lalu lalang, berlarian menemukan ruang yang kedap suara. Suara musik di samping rumah putih itu benar-benrar menguasai seluruh bangunan.

Kini, kondisi rumah sakit yang hanya dibatasi tembok sebatas dada orang dewasa itu  semakin mencekan. Dokter mencoba menenangkan pasien meski teriakan pasien tak bisa dihentikan. Banyak infus lepas, banyak pasien terjatuh dari pembaringan. Pasien-pasien rumah sakit semakin banyak yang berjatuhan dan tak tertolong. Sementara suara ambulan meraung-raung mengantar pasien ke rumah sakit yang lain di kota itu.

Pesta musik di kota itu membuat sebagian warga kota tersihir artis Ibu Kota. Pesta musik di kota itu telah menghancurkan harapan  warga kota. Kedamaian di kota itu sekejap lenyap bersama egoisme warganya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun