Gemuruh penonton mulai bosan karena kata-kata dan janji-janji yang disampaikan tetap sama. Bahkan dengan janji-janji yang pernah ditawarkan lima tahun yang lalu.Â
Penonton mulai bosan dengan kata-kata manis sang pendatang. Namun, kegaduhan mulai muncul ketika seorang wanita muncul dari balik panggung. Lelaki itu dilupakan dan tak dipedulikan lagi. Wanita muda itu didampingi dua orang laki-laki ganteng yang menenteng alat gitar dan sebuah saksofon. Sambutan meriah penonton akhirnya terjawab. Penyanyi dan grup band Ibu Kota mulai tampil memesona dan benar-benar menyihir kebosanan anak muda di kota itu.Â
Di sebuah rumah sakit
Pertunjukan musik semakin malam semakin memanas. Seluruh penonton terkesima dan larut dalam kegembiraan yang tiada batas. Namun, di samping lahan panggung itu, ratusan orang lalu lalang, berlarian menemukan ruang yang kedap suara. Suara musik di samping rumah putih itu benar-benrar menguasai seluruh bangunan.
Kini, kondisi rumah sakit yang hanya dibatasi tembok sebatas dada orang dewasa itu  semakin mencekan. Dokter mencoba menenangkan pasien meski teriakan pasien tak bisa dihentikan. Banyak infus lepas, banyak pasien terjatuh dari pembaringan. Pasien-pasien rumah sakit semakin banyak yang berjatuhan dan tak tertolong. Sementara suara ambulan meraung-raung mengantar pasien ke rumah sakit yang lain di kota itu.
Pesta musik di kota itu membuat sebagian warga kota tersihir artis Ibu Kota. Pesta musik di kota itu telah menghancurkan harapan  warga kota. Kedamaian di kota itu sekejap lenyap bersama egoisme warganya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H