Rencana. Membuat sebuah rencana tidak hanya menyusun dan merangkai angka-angka dalam kertas kerja. Setiap angka sebenarnya harus menjawab beragam tantangan yang terjadi di masyarakat. Anggaran adalah sebagian solusi masalah.. Â
Terkadang menyusun sebuah rencana hanya dianggap sebatas menyusun angka-angka saja, apalagi dikaitkan dengan beragam anggaran yang bermuara pada kebutuhan masyarakat. Jika tanpa data yang relevan, susunan angka-angka hanya sebatas menyengsarakan masyarakat saja. Angka-angka hanya mewakili kebutuhan penguasa dan keuntungan penguasa.Â
Memang tidak mudah menyusun sebuah rencana, apalagi harus dihubungkan dengan beragam kebutuhan dalam masyarakat. Banyak masalah yang seharusnya diselesaikan dengan setiap rupiah dana yang bisa dicairkan. Namun, angka-angka yang tersusun rapi terkadang begitu sulit untuk dicairkan.Â
Beragam alasan selalu saja ditampilkan, beragam perubahan terkadang dianggap sebagai penyelesaikan untuk menghabiskan sisa anggaran. Maka, di akhir-akhir tahun anggaran selalu muncul bancaan yang terkadang mengabaikan rencana dan mengabaikan kejujuran.Â
Ketika penguasa hanya menyusun anggaran berdasarkan proyeksi dan perkiraan semata, ketimpangan akan realisasi pasti akan terjadi juga. Apalagi pejabat yang tidak pernah melihat lingkungan, mengenal masyarakat, mengetahui permasalahan daerahnya atau hanya bekerja sebatas duduk menerima laporan, hasil penganggaran selalu saja menampakkan keindahan dan keseimbangan.Â
Karena itulah terkadang beragam faktor muncul hanya untuk melaksanakan anggaran. Begitu sulitnya melaksanakan apa yang telah tertulis. Beragam alasan dicari, beragam jawaban selalu saja dianggap baik oleh penguasa.Â
Ragam faktor
Permasalahan seperti  perencanaan anggaran yang tidak tepat,  tidak akurat, dan tidak realistis terutama dalam mengantisipasi kebutuhan dan biaya mungkin saja penjadi pemicu ketidakberdayaan penguasa untuk mewujudkan kerja nyata.Â
Perkiraan anggaran tidak akurat atau realisasi anggaran dapat meleset dari target sepertinya menjadi cerita yang biasa. Apalagi hadirnya pejabat yang tidak mampu melihat prioritas kebutuhan masyarakat. Proyek-proyek akan berjalan diakhir masa anggaran dan sekadar menghabiskan anggaran. Maka, hasil kerja seadanya yang penting serapan menuntaskan segala rencana.Â
Salah satu kekayaan luar biasa bangsa ini adalah sumber daya manusia yang begitu besar. Namun, dengan begitu besarnya sumber daya manusia bukan berarti mudah untuk menemukan manusia-manusia berkualitas.Â
Banyak keterbatasan kemampuan dan ketrampilan yang terkadang menjadi pemicu sebuah perencaan proyek gagal total. Banyak hal yang menjadi pemicu, tetapi kualitas sekolah dan perguruan tinggi selalu dipertanyakan karena ketidakmampuan menyiapkan manusia-manusia yang siap bekerja dan mengambil peran.Â
Terkadang sebuah perencanaan yang begitu baik, tidak dapat berjalan maksimal karena beragam faktor eksternal yang mengancam. Perubahan kebijakan, kestabilan hukum dan politik, perubahan aturan, pasar ekonomi, bahkan bencana alam bisa saja menghambat beragam proyek yang seharusnya cepat selesai.Â
Ancaman-ancaman eksternal membuat ketakutan yang luar biasa, apalagi banyak daerah yang terletak di daerah bencana. Pengalihan anggaran untuk mitigasi bencana diutamakan sehingga seluruh pemikiran dan kebijakan selalu diarahkan mempercepat penanganan.
Selain faktor internal yang begitu mengganggu beragam rencana yang harus dilakukan, faktor pengelolaan proyek yang buruk, ketidakmampuan personal untuk mengadopsi perubahan, atau keraguan atas dana yang akan digunakan ataupun ketakutan penguasa untuk menggunakan anggaran karena sangkaan korupsi juga melengkapi masalah-masalah serapan anggaran yang minim. Kekawatiran disangka sebagai koruptor selalu membayangi penggunaan anggaran yang terkadang memunculkan momok menakutkan untuk menyelesaikan rencana.Â
Begitu banyak masalah yang mungkin menghadang pejabat dan penguasa dalam mewujudkan serapan anggaran yang benar dan berkualitas. Namun, kompetensi pejabat dan penguasa dalam mengelola beragam risiko yang harus ditangani dalam setiap rencana bisa jadi akan menjadi penghambat utama jika kemampuan memimpin tidak dibarengi dengan kemampuan mengelola risiko.Â
Pengelolaan beragam risiko yang mungkin timbul dan tidak teridentifikasi selalu menjadi pemicu beragam masalah yang mungkin timbul. Â Karena itulah, pejabat sebenarnya bukan hanya menjadi penguasa saja, tetapi harus menjadi pemimpin handal yang memahami manajeman risiko dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H