Berjarak hampir 10 kilometer, sang penebang-penebang pohon itu pun mendapatkan order. Karena tidak ada keluarga di rumah, akhirnya tetangga yang bernama Pak Poni itu meminta bantuan untuk mengantar dan menemani sang penebang itu melakukan pekerjaan. Sementara, Pak Poni akan menyusul menggunakan truk kecil.Â
Maka, perjalanan pun dimulai. Kami berenam menaiki mobil pemotong dan pembelah kayu itu. Dengan sekuat tenaga, suara yang menggelagar dan asap tampak semakin menebal, mobil itu pun meluncur.Â
Sampai di sebuah kebon yang begitu rimbun dengan pohon-pohon kayu jati, sang pemotong kayu mulai bekerja. Pohon yang sudah ditandai dengan cat warna merah itu pun mulai dipotong.Â
Begitu sigap empat orang itu bekerja dan melakukan seluruh pekerjaannya. Dua orang menebang kayu-kayu, sementara dua orang memotong dan mengangkat ke mesin pembelah kayu.Â
Pohon-pohon mulai dipotong. Potongan pohon mulai diangkut. Potongan pohon pun mulai dibelah sesuai ukuran yang diinginkan pemesan.Â
Kini, keempat penakluk hutan jati itu begitu sigap menguasai mesin pembelah kayu. Kayu-kayu mulai terbelah. Potongan kayu yang telah sesuai dengan ukuran itu pun dimasukkan ke truk kecil untuk diangkut.Â
Suara mobil pembelah kayu meraung-raung memenuhi hutan di perbatasan Desa Munggur. Namun, suara-suara itu lambat laun mulai terdengar melemah.Â
Batang-batang kayu mulai terbelah dengan rapi. Kini mobil itu pun tidak lagi mengeluarkan bungi. Batang kayu yang harus dibelah pada akhirnya habis. Mobil itu telah berhenti mengeluarkan bungi. Pekerjaan pekerja keras pemotong kayu itu pun lambat laun selesai.Â
Kini mobil itu pun tidak lagi mengeluarkan bungi. Batang kayu yang harus dibelah pada akhirnya habis. Mobil itu telah berhenti mengeluarkan bungi. Pekerjaan pekerja keras pemotong kayu itu pun lambat laun selesai.
Kini, manusia-manusia hebat pejuang tangguh, pemotong kayu itu mulai membersihkan area sekitar. Ketika sesorang dari truk itu keluar, seorang pemotong kayu pun mendekat.Â