Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Liburan Kami: Berburu Makanan Ekstrem Khas Gunungkidul

11 Juli 2023   21:29 Diperbarui: 11 Juli 2023   21:35 910
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puthul Serangga diawal Musim Penghujan (Kompas.com/Markus Yuwono)

Makanan. Wisata kuliner di kampung halaman selalu menyenangkan. Pengalaman baru dengan beragam rasa baru terkadang tercipta. Apalagi kehadiran beragam cerita yang tampak menyeramkan semakin menantang untuk merasakan. 

Mengenang cerita Kakek saat Gunungkidul dilanda kalaparan yang berkepanjangan adalah melihat kembali sejarah peradaban. Saat itu, hampir semua daerah di Gunungkidul sungguh menyeramkan. Rakyat mengalami kelaparan yang luar biasa. Bukan hanya kemiskinan, penderitaan masyarakat diberbagai daerah semakin parah. 

Jika sebelumnya, penderitaan hanya karena kekurangan air, pada tahun 1963, penderitaan itu karena tidak adanya makanan. Petani tidak menghasilkan panen karena hama tikus merajalela. Kemarau panjang tak berkesudahan menyebabkan sungai kering, sumur kering, dan sumber-seumber air mati tanpa aliran air.

Zaman yang sebagian orang menyebutnya sebagai zaman Gaber dianggap sebagai puncak penderitaan masyarakat Gunungkidul. Karena ketiadaan makanan, minimnya air, dan semakin mengeringnya tanah-tanah masyarakat tak bisa berbuat apa-apa. 

Pada akhirnya banyak yang menyerah; bunuh diri terjadi, pergi ke perantauan untuk bertahan hidup atau bertahan dengan makan seadanya. Masyarakat harus bertahan hidup. Maka dengan kekuatan diri, segalanya yang bisa dimakan pun dijadikan santapan, tak terkecuali beragam serangga semacam belalang, batang-batang pohon pisang atau bambu muda. 

Bantuan makanan untuk mengatasi krisis pangan ini datang dari Amerika berupa Bulgur. Bulgur berasal dari jagung kering yang dipecah-pecah dan biasanya digunakan untuk makanan ternak. Namun, masyarakat menggunakanan sebagai bahan pokok makanan. 

Sedangkan gaber merupakan ampas tepung tapioka atau bungkil ketela pohon yang dikeringkan. Gaber ini biasanya digunakan untuk campuran makanan ternak, tetapi kondisi masayarakat saat itu mengharuskan banyak masyarakat harus makan gaber.

Gaber ini biasanya digunakan untuk campuran makanan ternak, tetapi kondisi masayarakat saat itu mengharuskan banyak masyarakat harus makan gaber. 

Kebiasan bertahan hidup masyarakat Gunungkidul semakin tangguh dan kuat. Saat kondisi mulai membaik, air hujan mulai datang, tikus-tikus mulai berkurang, dan tanaman mulai bisa ditanam, kebiasaan masyarakat untuk merantau tidak hilang, kebiasaaan masyarakat makan makanan ekstrem pun tidak hilang, bahkan dianggap sebagai sebuah kebiasaan. Kondisi itulah yang membuat masyarakat Gunungkidul tangguh dan ulet dalam menjalani kehidupan. Begitulah Kakek selalu mengakhiri cerita saat itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun