Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Uji Nyali Berburu SIM

6 Juni 2023   21:19 Diperbarui: 6 Juni 2023   21:22 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SIM. Surat izin mengemudi bukan hanya sebuah lembar kecil bukti bisa menguasai sebuah kendaraan. SIM juga menjadi bukti sebuah perjuangan panjang meski sebelumnya tanpa harapan. 

Sebagai sebuah dokumen resmi,  SIM menunjukkan bahwa si pemegang telah dinyatakan mempunyai keterampilan dan pengetahuan yang baik dalam mengemudikan kendaraan dengan aman, sesuai dengan peraturan lalu lintas. Setiap pribadi yang berkendara wajib mempunyai SIM sesuai kategoti kendaraan yang dikendarai. Ada banyak persyaratan yang harus dipenuhi agar seseorang dinyatakan lolos untuk berkendara. 

SIM tidak didapatkan secara gratis, tetapi harus melalu perjuangan yang cukup panjang. Meski terkadang calo-calo berkeliaran menawarkan mendapatkan SIM yang begitu mudah, mendapatkan SIM dengan mengikuti aturan seolah menjadi bukti kesanggupan menghadapi setiap tantangan. 

Memulai Petualangan 

Berbekal Kartu Tanda Penduduk, pagi itu menuju kantor Polres untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi (SIM). Karena biasanya situasi akan begitu ramai, datang lebih pagi adalah sebuah pilihan terbaik. Motor Honda Fit meluncur menembus pagi menuju tempat pembuatan SIM. Setelah antrean panjang untuk mendapatkan formulir, melengkapi formulir dengan segala identitas yang dibutuhkan ternyata juga tidak begitu cepat. Sementara antrean pemohon SIM pun mullai mengular. 

Setalah membayar biaya SIM di kasir sebuah bank, beragam tes pun harus dilakukan. Tes pertama dimulai dengan tes kesehatan. Menemui seorang dokter, beberapa pertanyaaan mengantar mendapatkan selembar tanda tes kesehatan telah selesai. 

Ketika matahari mulai terasa menyengat di sebuah ruang tes teori, panggilan untuk mengisi lembaran pertanyaan tentang rambu lalu lintas segera dimulai. Satu demi satu pertanyaan dijawab, ada pertanyaan yang begitu mudah tetapi ada  yang begitu sulit untuk dijawab. Menjawab setiap pertanyaan pun harus begitu serius dilakukan. Namun, apa daya, ternyata tes pertama teori tidak lulus juga. Tes teori tidak lulus dan harus mengulang pada tes berikutnya. Antrean dimulai kembali. 

Belajar dari tes pertama, tes kedua dimulai. Pertanyaan yang mungkin salah pada tes pertama pun diperbaiki sehingga pada tes kedua pun akhirnya dapat diselesaikan. Lembaran kecil diserahkan penjaga tes yang menandai bahwa telah selesai mengikuti tes teori. 

Ujian praktik mengendari motor wajib dilakukan. Di sebuah stadion di ujung kota, ujian praktik mengendarai ini pun dilakukan. Setelah mendaftar, beberapa orang pun dikumpulkan untuk mengikuti ujian praktik. Seorang polisi memberikan contoh bagaimana mengendarai yang baik dan aman mengikuti alur yang sudah ditentukan. Seolah begitu mudah untuk dilakukan, alur ujian praktik itu pasti akan terasa mudah untuk dilakukan. 

Ujian Praktik

Satu per satu mulai naik naik kendaraan bermotor. Ada yang menggunakan motor yang disediakan, ada yang menggunakan motor  milik sendiri. Dua kali kesempatan diberikan untuk mengikuti alur yang ditentukan. Kami semua yakin, dengan alur sederhana itu pasti bisa dan tak akan terjatuh. Namun, satu dua pemotor ternyata tak sanggup untuk menyelesaikan di kesempatan pertama.  Kesempatan kedua pun ternyata juga gagal untuk menyelesaikan ujian ini. Maka, lima orang harus mengulang untuk ujian berikutnya. Tiga minggu harus menunggu untuk mengikuti ujian praktik pada kesempatan berikutnya. 

Rasanya kegagalan mengikuti ujian praktik berkendara akan menunda kesempatan mendapatkan SIM. Tiga minggu menunggu kesempatan itu, akhirnya datanglah waktu untuk ujian praktik berkendara. Kali ini, kesempatan kedua harus berhasil. Latihan setiap hari telah dilakukan, beragam rintangan telah ditaklukkan. Bekal latihan yang telah dilakukan pasti akan mendapatkan hasil yang menggembirakan. Hari ini, SIM itu pasti akan tercetak juga.

Keyakinan untkuk menyelesaikan ujian praktik kedua ternyata tidak membawa hasil. Kesempatan pertama, ternyata keseimbangan badan tidak terjaga. Kesempatan kedua, ternyata sebuah tiang jatuh tersentuh kaki. Kesedihan mengikuti tes pun akhirnya membawa tekanan yang tidak mengenakkan. Kegundahan untuk terus mengikuti kesempatan ketiga yang bisa dilakukan tiga minggu berikutnya atau harus kongkalikong dengan penguji berkecamuk begitu kuat. Begitu sulit mendapatkan SIM, perjuangan dalam dua bulan belum selesai. Satu lagi kesempatan, mungkin saja akan terselesaikan meski harus menunggu tiga minggu lagi.

Tiga minggu usai sudah masa penantian untuk mengikuti ujian praktik mengendarai motor. Harapan terakhir yang harus sukses atau harus melakukan tindakan yang tak terpuji; kolusi dengan penguji. Namun, kesempatan harus dimanfaatkan dengan baik. 

Selesai Juga

Hari itu memang masih cukup pagi, persiapan untuk ujian praktik telah dilakukan. Ujian praktik pun dilakukan. Kesempatan pertama masih juga belum lolos. Beberapa tiang melingkar jatuh dan menggagalkan ujian. Kesempatan kedua pun berjalan, tetapi tangan dan seluruh badan gematar ketika mulai menarik gas. Dalam hati berdoa, dan perlahan motor bejalan pelan-pelan. Dalam kegundaan itu  tiba-tiba tepuk tangan dari rekan-rekan pencari SIM terdengar. 

Dalam ketidaksadaran dan kegundahan, ternyata motor pun mencapai finish. Penguji mendekati, memberikan senyum. Kami saling bersalaman. Ternyata ujian terberat telah terselesaikan. Hampir tiga bulan harus menunggu keberhasilan. Lembaran penanda tes berhasil pun ditandatangani untuk dilakukan cetak SIM. Hari itu SIM berhasil didapat dengan perjuangan panjang dan melelahkan. 

Mempunyai selembar SIM bukan hanya membuktikan sebuah ketrampilan dan kemampuan untuk mengendarai kendaraan, tetapi menjadi sebuah bukti perjuangan nan panjang. Maka, menjadikan SIM berlaku seumur hidup adalah sebuah penghargaan atas perjuangan-perjuangan itu.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun