Ujian Praktik
Satu per satu mulai naik naik kendaraan bermotor. Ada yang menggunakan motor yang disediakan, ada yang menggunakan motor  milik sendiri. Dua kali kesempatan diberikan untuk mengikuti alur yang ditentukan. Kami semua yakin, dengan alur sederhana itu pasti bisa dan tak akan terjatuh. Namun, satu dua pemotor ternyata tak sanggup untuk menyelesaikan di kesempatan pertama.  Kesempatan kedua pun ternyata juga gagal untuk menyelesaikan ujian ini. Maka, lima orang harus mengulang untuk ujian berikutnya. Tiga minggu harus menunggu untuk mengikuti ujian praktik pada kesempatan berikutnya.Â
Rasanya kegagalan mengikuti ujian praktik berkendara akan menunda kesempatan mendapatkan SIM. Tiga minggu menunggu kesempatan itu, akhirnya datanglah waktu untuk ujian praktik berkendara. Kali ini, kesempatan kedua harus berhasil. Latihan setiap hari telah dilakukan, beragam rintangan telah ditaklukkan. Bekal latihan yang telah dilakukan pasti akan mendapatkan hasil yang menggembirakan. Hari ini, SIM itu pasti akan tercetak juga.
Keyakinan untkuk menyelesaikan ujian praktik kedua ternyata tidak membawa hasil. Kesempatan pertama, ternyata keseimbangan badan tidak terjaga. Kesempatan kedua, ternyata sebuah tiang jatuh tersentuh kaki. Kesedihan mengikuti tes pun akhirnya membawa tekanan yang tidak mengenakkan. Kegundahan untuk terus mengikuti kesempatan ketiga yang bisa dilakukan tiga minggu berikutnya atau harus kongkalikong dengan penguji berkecamuk begitu kuat. Begitu sulit mendapatkan SIM, perjuangan dalam dua bulan belum selesai. Satu lagi kesempatan, mungkin saja akan terselesaikan meski harus menunggu tiga minggu lagi.
Tiga minggu usai sudah masa penantian untuk mengikuti ujian praktik mengendarai motor. Harapan terakhir yang harus sukses atau harus melakukan tindakan yang tak terpuji; kolusi dengan penguji. Namun, kesempatan harus dimanfaatkan dengan baik.Â
Selesai Juga
Hari itu memang masih cukup pagi, persiapan untuk ujian praktik telah dilakukan. Ujian praktik pun dilakukan. Kesempatan pertama masih juga belum lolos. Beberapa tiang melingkar jatuh dan menggagalkan ujian. Kesempatan kedua pun berjalan, tetapi tangan dan seluruh badan gematar ketika mulai menarik gas. Dalam hati berdoa, dan perlahan motor bejalan pelan-pelan. Dalam kegundaan itu  tiba-tiba tepuk tangan dari rekan-rekan pencari SIM terdengar.Â
Dalam ketidaksadaran dan kegundahan, ternyata motor pun mencapai finish. Penguji mendekati, memberikan senyum. Kami saling bersalaman. Ternyata ujian terberat telah terselesaikan. Hampir tiga bulan harus menunggu keberhasilan. Lembaran penanda tes berhasil pun ditandatangani untuk dilakukan cetak SIM. Hari itu SIM berhasil didapat dengan perjuangan panjang dan melelahkan.Â
Mempunyai selembar SIM bukan hanya membuktikan sebuah ketrampilan dan kemampuan untuk mengendarai kendaraan, tetapi menjadi sebuah bukti perjuangan nan panjang. Maka, menjadikan SIM berlaku seumur hidup adalah sebuah penghargaan atas perjuangan-perjuangan itu. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H