Kita tersenyun untuk mereka, kita memberikan salam kedekatan untuk mereka, kita membantu mereka yang tak punya apa-apa. Kini pelancong-pelancong itu bisa bekerja, bisa buka usaha, bahkan bisa menguasai tanah di sekitar kita.Â
Keramahan kita telah menjadikan mereka merasa tanah ini sebagai tanah mereka. Ketika kita selalu menganggap tamu itu sebagai raja, kini, tamu yang kita terima dengan tangan terbuka, dengan kebaikan kita menguasai dan menjadi raja.Â
Kita menghormati mereka, kini, kita menjadikannya terhormat. Kita memperlakuan mereka dengan kebaikan. Kini, kita tak lagi diperlakukan dengan baik.Â
Pelancong-pelancong mulai menguasai sebagian usaha dan tanah kita. Pelancong itu bukan lagi hanya datang untuk menikmati keindahan alam dan budaha. Kini, pelancong itu seolah menguasai kita.Â
Kelakuan Pelancong
Pelancong-pelancong itu mulai berani bertingkah tak sopan. Kelakuannya tak lagi menggambarkan sebagai seorang tamu. Kita mendengar pelancong melanggar lalu lintas.Â
Beberapa pelancong bahkan tinggal melebihi batas kunjungan, bahkan sebagian begitu enaknya bekerja dan berbisnis di tempat wisata.Â
Beberapa pelancong pun seenaknya membuat KTP Â untuk tetap bertahan di Nusantara. Seolah sebagai warga negara, pelancong pun menggunakanya dengan beragam kegiatan.Â
Ada pelancong yang melecehkan tempat suci. Ada pelancong yang berbuat kejahatan menikam polisi. Ada pelancong yang seenaknuya mengusir warga sendiri. Ada pelancong yang berbuat kasar, menendang kendaraan yang lewat di jalan.Â
Ada pelancong mencuri. Ada pelancong yang memukul aparat pemerintah. Ada pelancong yang merusak patung di tempat suci. Ada pelancong yang menjadi pengedar narkotika. Ada pelancong yang menjadi penjambret.Â