Waktu. Terus bergulir menerobos peristiwa, waktu tak henti, terus berdetak. Manusia-manusia menghentakkan perjalanan sepanjang karya dalam hari nan panjang. Sebuah ruang kecil membatasi diri, teruskan bekerja tanpa kata.Â
Untuk pejuang kehidupan yangtak pernah berhenti menemukan makna.Â
Karena kehidupan harus terus diperjuangkan, waktu tak menjadikannya sebuah rintangan. Segala tenaga harus terus dipasrahkan untuk terus menghadirkan perjuangan. Karena hidup musti bertahan, dalam setiap rupa, nan tak padam. Hari-hari libur tak pernah ada, bekerja menjadi sebuah lagu mengalunkan makna untuk terus menyapa sahabat. Bekerja manjadi doa-doa alam semesta, meski suara mesin pabrik tak pernah lenyap.Â
Pabrik
Aku ditemani mesin-mesin menghidup udara pabrik. Aku ditemani bertumpuk buku menghidupi kata dan angka. Aku ditemani silau monitor melengkapi data. Aku ditemani jutaan tugas bertumpuk di meja, tak selesai meski senja terus menyapa. Mustinya, hari ini berakhir lebih cepat tetapi lelahku meneruskan kerjaku.Â
Aku mencari nafkah diantara bangunan-bangunan menjulang tinggi, bekerja membangun beragam proyek. Bukan hanya berdiri diantara ribuah pabrik, pasar-pasar terus ditelusuri, sawah-sawah terus dihidupi. Kami hidup dalam kerja yang tak usai untuk sebulan gaji, upah tuk cukupkan diri.Â
Pengalaman demi pengalaman kami bangun, ragam pendidikan dan ketrampilan terus menempa diri, hingga seorang pekerja mandiri dalam segala kerja nan abadi. Pekerja harus menjadi pengisi waktu, kapanpun harus ada, kapanpun harus nyata. Dalam paruh waktu tetap meneteskan keringan, dalam suasana kontrak tetap setia, dalam kemandirian tanpa keluhan. Bekerja sepanjang waktu ada, sampai senja dan tubuh tak kuasa.Â
Perjalanan hidup adalah perjalanan waktu. Jalinan cinta dalam kerja terkadang melupa, tak kuasa lagi hadir dalam waktu tersisa. Hati-hati membeku pada pekerja terkadang menjadi kesedihan tak berbatas. Senja tiba, barisan pekerja terus berjalan dalam satu tujuan, rumah-rumah petak, dalam batas kelelahan.Â
Aku bekerja hingga melupakan cinta. Aku berkarya hingga tanpa keluarga. Aku tak berdaya dalam serangkai waktu. Tanpa ada sahabat dekat, tanpa ada kencan pertama, tanpa hadir cinta. Kini, aku terus sendiri melupa tak berdaya.Â