Korupsi. Korupsi, korupsi, korupsi lagi. Deratan peristiwa korupsi pejabat terjadi. Sepertinya korupsi telah menjadi sebuah profesi. Tidak punya malu, tidak punya harga diri, korupsi menjalar memenuhi berita media soaial. Menyesakkan.Â
Untuk Pak Presiden yang selalu membuat program-program hebat.
Sehebat apapun seorang pemimpin, dia tak akan bisa bekerja sendiri. Kekuatan dan kehebatan setiap orang selalu menghadirkan orang lain untuk melengkapinya menjadi tenaga luar biasa. Apalagi dengan begitu luasnya tanah terbentang, lautan sepanjang pandangan tak habis untuk menjelajahi dan mengarunginya. Memimpin sebuah negeri besar dengan jutaan penduduk dalam begitu banyak ragam bukan hanya menjadi sebuah tantangan, tetapi harapan untuk kemajuan selalu penting untuk dihadirkan.Â
Kerja Keras
Tanpa kerja keras segalanya akan sirna. Tanpa orang-orang yang sanggup berpadu dalam ragam kerja dan program karya, segalanya akan sia-sia. Kehadiran menteri dengan kualitas mumpuni harus terbukti. Kenyataan tidak bisa menghadirkan hanya sebatas suguhan partai yang peduli. Menteri harus bermutu.Â
Ketika Pak Presiden sudah bekerja begitu keras. Tujuan-tujuan bangsa telah begitu jelas tampak. Nusantara mulai terhormat diantara bangsa lain. Semua begitu bahagia dan bersyukur. Namun, jerat korupsi ternyata masih menjadi sebuah tradisi yang begitu tega oleh orang sekelas menteri sekalipun.Â
Meski gaji sudah begitu tinggi, kekayaan tak terbagi dan tak tersaingi, rumah-rumah dibangun dalam jumlah puluhan, bahkan kendaraan terbaik terbeli, melakukan korupsi bukan masalah telah ebrpunya. Korupsi menjadi sebuah pola mengeruk apa yang tidak bisa dia punya tetapi bisa dia bisa lakukan. Sekelan menteri ternyata masih sibuh memperkaya diri, padahal dia sudah begitu kaya.Â
Jerat korupsi telah beberapa kali membelenggu menteri. Di tengah beragam pembangunan, seolah memandai sebuah kebobrokan pendidikan, kebobrokan jabatan. Ya, satu terlena, satu terhina, yang lain menaikmatinya juga.Â
Jerat Korupsi Menteri