Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kisah tentang Bapak (3): Menjaga Muruah Sebuah Sekolah

15 Mei 2023   21:26 Diperbarui: 16 Mei 2023   09:00 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berkumpul sebagai keluarga (Dokpri)

Hari demi hari waktu demi waktu Bapak berjuang untuk membangun sekolah negeri yang baru. Sementara, dua hari di sore hari dalam setiap minggu Bapak pun harus mengajar di SMP Sanjaya. Kini, Bapak tidak hanya sibuk menjadi guru dan petani saja, Bapak pun merelakan diri mengajar di sekolah swasta Sanjaya. 

Aktivitas itu pun berjalan terus dan perjuangan Bapak untuk membangun sekolah negeri dan swasta pun dilakukan terus-menerus. Tetapi kabar sedih muncul, ketika sekolah swasta itu pun mulai kehabisan murid. Sementara beberapa guru juga sudah mulai meninggalkan sekolah itu. Sekolah Sanjaya ini pun pada akhirnya kekurangan murid. Maka, pimpinan Yayasan akhirnya membubarkan sekolah tersebut. 

Kesedihan begitu menyiksa Bapak. Sekolah yang direncanakan dan diabdikan untuk pendidikan anak-anak tidak mampu itu pun pada akhirnya terpaksa harus ditutup. Bapak merasa sedih dan merasa gagal. 

Sekolah berkualitas

Kini, Bapak lebih fokus untuk mengembangkan sekolah negeri ini menjadi sakolah yang baik dan berkualitas. Dengan usaha dan kerjasama luar biasa dari guru dan pimpinan, akhirnya sekolah negeri inipun berkembang dan disegani masyarakat Karangmojo. Sekolah ini berkembang dan setiap tahun murid selalu bertambah. 

Perjalanan Bapak untuk setia kepada pendidikan di SMP 3 Karangmojo berlangsung kurang lebih 21 tahun. Rutinitas pendidikan yang setiap hari dilakukan Bapak tidak akan jauh dari kesempatan mengembangkan sekolah. Setiap hari dengan sepeda motor Yamaha 80, yang dibeli Bapak dengan kredit pada tahun 1981,  Bapak tetap konsisten untuk mengambil peran merobohkan kebodohan. 

Dua puluh satu tahun Bapak berjuang untuk mengentaskan kebodohan. Maka, ketika usia enam puluh tahun, Bapak menyiapkan masa pensiun. Bapak pun pensiun sebagai guru SMPM 3 Karangmojo. Meski pekerjaan sebagai pengajar telah selesai, tetapi sebagai guru Bapak tidak akan pernah pensiun. Bapak terus menjadi guru  bangsa yang siap mengembangkan anak-anak bangsa. Setelah pensiun, Bapak menjadi guru bagi keluarga. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun