Bapak. Bapak selalu hadir dalam setiap awal dan mula sebuah pendidikan. Bapak selalu hadir saat sekolah baru membutuhkan pejuang-pejuang pengetahuan. Terkadang jarak melunturkan kemauan, kehadiran Bapak menjadi pertanda sebuah sekolah harus terus memacu diri.
Dua belas tahun bukan menjadi waktu yang panjang untuk tetap berkomitmen pada dunia pendidikan. Ketika sekolah-sekolah musti dibangun agar setiap anak mendapatkan kesempatan membangun diri, Bapak hadir untuk memacu maju. Sebuah sekolah mulai direncanakan; SMP Sanjaya. Sebuah sekolah swasta yang terletak lima kilometer dari Bapak mengajar mulai dirancang. Bapak ambil bagian membangun sekolah khusus anak-anak kurang mampu itu.Â
KepedulianÂ
Usaha awal Bapak  membangun sekolah swasta tidak begitu mulus. Sekolah mulai,  murid belum begitu banyak. Ketika Bapak mulai fokus untuk membangun sekolah itu, sebuah sekolah negeri juga mulai dibangun. Sebuah sekolah negeri yang terletak di Jatiayu , Karangmojo pun dimulai.Â
Bapak adalah salah satu guru yang terpilih untuk menjadi guru yang harus mutasi dari sekolah lama. Bapak terlihat ragu dan sedikit gundah. Ada sesuatu yang membuatnya ragu; apakah dia harus mutasi ke sekolah negeri yang baru, sementara sekolah swasta yang mulai dirintis oleh beberapa guru yang peduli pada pendidikan anak kurang mampu itu juga harus tetap berdiri. Sekolah  kecil yang tak mempunyai modal apa-apa, bahkan gurunya pun tak mendapatkan gaji.Â
Keraguan pun terjawab, ketika Bapak memutuskan untuk mutasi ke sekolah baru. Setelah dua belas tahun, Bapak menjadi guru di SMP 1 Karangmojo, Bapak pun dimutasi ke SMP 3 Karangmojo. Â Sekolah negeri yang harus bertanggung jawab untuk memajukan pendidikan bagi siswa pedesaan. Bapak tertantang untuk mengembangkan sekolah ini. Sementara sekolah swasta baru pun harus tetap mempunyai peran untuk anak-anak terpinggirkan.Â
MutasiÂ
Bapak mulai mutasi di sekolah baru. Bapak selalu hadir di saat sekolah baru juga hadir untuk masyarakat. Bapak pun siap untuk menjaga maruah sebuah sekolah di masyarakat. Bahwa sekolah bukan hanya menjadi tempat mengajar tetapi juga mendidik anak-anak bangsa berkarakter Indonesia.Â
Bapak tidak kaget, tidak gugup di tempat baru. Meski tadinya pemerintah menginginkan Bapak menjadi Kepala sekolah, tetapi Bapak selalu menolak untuk menduduki jabatan tersebut. Bapak berjuang sebagai prajurit terdepan dalam mengembangkan sekolah.Â