Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kisah tentang Bapak (1): Merenda Perjuangan Hidup

13 Mei 2023   19:25 Diperbarui: 13 Mei 2023   19:38 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru Kehidupan (dokpri)

Memulai Menjadi Guru 

Ketika sebuah sekolah negeri berdiri di Karangmojo, Bapak mengajukan diri untuk mutasi di sekolah ini. Keinginan Bapak untuk mengejar dekat dengan orang tua akhirnya bisa terjadi. Setalah daa tahun Bapak mengajar di SMP Negeri Tepus, Bapak kemudian dipindahkan ke SMP Karangmojo. 

Sekolah ini memang sangat dekat dengan rumah eyang, hanya sekitar lima kilometer. Karena Bapak harus mengajar pagi hari, pada akhirnya Bapak memutuskan untuk mengontrak rumah yang dekat dengan sekolah ini. 

Hampir dua belas tahun Bapak mengajar sebagai guru sejarah di SMP Karangmojo. Saat di sekolah inilah keinginan Bapak untuk mempunyai rumah sendiri menjadi kenyataan. Sebuah rumah limasan dengan luas tanah tidak lebih dari 700 meter menjadi tempat Bapak  merenda kehidupan. 

Di rumah dekat sekolah, berjarak 500 meter dari sekolah inilah lahir kelima anaknya. Rumah dalam balutan kayu-kayu jati yang diberikan eyang menjadi pertanda setiap jengkal perjungan sebagai guru. Rumah di Desa Plumbungan memang masih sepi, aliran listrik belum ada, jalan masih berbatu. 

Sementara televisi belum satu pun keluarga yang memiliki. Maka, ketika tahun 1980, Bapak membeli sebuah televisi hitam putih, setiap malam, rumah kecil itu selalu dipenuhi anak-anak dan orang dewasa masyarakat sekitar yang akan menikmati televisi. Bukan hanya anak-anak yang mau menonton TVRI sabagai satu-satunya televisi saat itu, tetapi juga banyak orang tua  yang siap menonton sampai akhir siaran televisi. 

Karena listrik belum ada, setiap tiga hari, kami harus mengisi aki yang digunakan untuk menyalakan televisi. Dengan sepeda, biasanya dua anak laki-lakinya mengantarkan aki itu ke tukang pengisian aki. 

Televisi hitam putih itu menjadi pertanda bahwa Bapak bukan hanya sebagai seorang guru yang mengajar di kelas, tetepi juga menjadi pejuang kehidupan masyarakat. Bapak hidup diantara masyarakat sekitar dan telah menunjukkan langkah kerelaannya untuk mengentaskan masyarakat dengan pendidikan. 

Cerita tentang rumah dan berbagai peristiwa di dalamnya adalah peristiwa tentang seorang Bapak yang harus menjadi teladan. Bapak menjadi teladan bukan hanya untuk anak-anaknya, tetapi juga untuk masyarakat sekitar. 

   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun