Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Legenda Mesin TIK dan Bayang-Bayang Drop Out (DO)

8 Mei 2023   22:31 Diperbarui: 13 Mei 2023   01:00 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Skripsi. Menyusun skripsi bukan hanya merangkai ribuan fakta. Setiap kata tersusun dan menggambarkan pemikiran-pemikiran istimewa sepanjang perjalanan mengamati kehidupan. 

Skripsi sebenarnya merupakan sebuah karangan yang bersifat ilmiah. Sebagai sebuah karangan ilmiah, skripsi tidak hanya melibatkan kemampuan untuk menyampaikan pendapat dari sekian banyak fakta yabng didapat. 

Skripsi harus menjadi hasil sebuah pemikiran-pemikiran  mendalam sebuah pemikiran sebelumnya. Skripsi menjadi puncak perbaikan sistem. Maka, setiap mahasiswa harus terlibat dan wajib menulis setiap bagian sebagai persyaratan akademik.

Di Indonesia, skripsi menjadi salah satu syarat yang biasa dikerjakan seorang mahasiswa untuk dapat lulus dari jenjang sarjana atau S-1 (Strata 1). Beberapa jurusan biasanya mengaitkan skripsi sebagai Tugas Akhir atau TA.

Skripsi dan nasib mahasiswa 

Menyelesaikan skripsi adalah tugas yang cukup menantang dan membutuhkan kesabaran, konsistensi, dan dedikasi yang tinggi. Tanpa keseriusan, lembar demi lembar skripsi tidak akan pernah berakhir. 

Apalagi tanpa sebuah rencana penyelesaian, tanpa membuat jadwal penyelesaian, tanpa perbaikan secara berkala, tanpa mau berdiskusi dengan pembimbing, apalagi berhenti untuk berpikir dan menulis. Rangkaian dalam lembaran skripsi hanya akan jadi pembuat beban yang tak berakhir. 

Menyusun skripsi membutuhkan semangat membara dan gejolak berharga. Karena tanpa ratusan lembar ini, perjalanan empat tahun di bangku kuliah akan sia-sia. 

Tidak mudah untuk menyusun berlembar-lembar pemikiran, tidak sulit merangkai ribuan data menjadi sebuah yang menunjukkan kompetensi si penulis. Semangat tinggi akan mudah menjadikan ratusan halaman sebatas hiburan dalam perjuangan mendapatkan gelar. 

Tanpa semangat dan perjuangan langkah ke depan akan terhenti dan tak akan kembali. Ancaman drop out akan terbuka lebar dan puncak kesedihan akan berkepanjangan. Seorang mahasiswa akan menjadi beban bukan hanya untuk dirinya tetapi mungkin juga untuk negara dan keluarga. 

Mahasiswa sering kali harus drop out karena melanggar ketentuan yang berlaku di perguruan tinggi, persoalan akademis seperti nilai ujian yang tidak mencapai standar minimal program studi, IPK tidak memenuhi standar.

Belum lagi berbuat kecurangan seperti memanipulasi nilai dan melakukan plagiat, keterlambatan atau penunggakan biaya kuliah, dan tidak mampu menyelsaikan skripsi, serta  pelanggaran kriminal, seperti penyalahgunaan narkotika, pencurian, dan lain sebagainya.

Kisah menyelesaikan skripsi

Sebuah perjalanan panjang dalam menyusun skripsi tidak terlalu indah untuk dikenangkan. Saat itu, komputer belum menjadi bagian hidup seperti sekarang. 

Menyusun lembar demi lembar skripsi harus dilakukan dengan upaya keras sampai tetes darah penghabisan. Bagaimana tidak, untuk menulis dalam satu halaman saja, perencanaan panjang harus dibuat. 

Apa yang mesti ditulis dalam satu kalimat, dalam satu paragraf. Karena membaut skripsi dengan mesin tik tidak secanggih komputer seperti sekarang. 

Memastikan setiap kalimat baik dan tepat, memastikan setiap paragraf sempurna, dan memastikan dalam satu halaman tidak ada kesalahan sedikitpun adalah sebuah pekerjaan yang menguji nyali dan menguji hati. 

Maka, setiap kali mulai menulis dalam rangkaian kata dan kalimat, menyusun skripsi selalu dibarengi dengan serangkaian doa. 

Skripsi tidak banyak kesalahan, tulisan tidak banyak dikoreksi pembimbing, dan isi layak dibawa orang lain. Karena skripsi ini akan selalu dipamerken di perpustakaan, siapapun akan melihat sebagai sebuah rujukan bermutu dan layak diapresiasi. 

Semangat membuat lembaran skripsi harus terus dipupuk dan ditumbuhkan. Tidak berhenti dan terus berpikir harus dibarengi dengan usaha keras untuk membaca berbagai referensi. 

Menyusun skripsi berarti menunjukkan bukti bahwa perpustakaan menjadi rumah kedua yang setiap hari dituju. Tanpa perpustakaan, apa yang kita pikirkan mungkin akan begitu dangkal. 

Mesin tik selalu ada di meja. Satu rim kertas disiapkan. Pita mesin tik pun dibeli  agar ketika banyak yang dipikirkan dan ditulis mesin tik ini tidak berhenti begitu saja. 

Mau tidur, satu halaman skripsi harus selesai. Bangun tidur pun begitu; satu, dua halaman harus tanpa kesalahan dan tanpa pengulangan.  

Mesin tik ini selalu terbuka dan siap menerima buah-buah pikiran yang mungkin muncul setiap saat; saat mau tidur, saat mandi, saat bangun tidur, saat bengun tengah malam. 

Begitu banyak pikiran itu pun harus secepat mungkin dibentuk dalam rangkaian tulisan dalam selembar kertas A-4. Mesin tik itu harus siap kapan saja menerima apa yang harus dipikirkan dan ditulis. 

Mesin tik selalu menjadi sahabat, menjadi kekasih yang selalu siap menemani kapan saja. Karena kekasih sejati ketika menghadapi masa akhir di perguruan tinggi adalah sebuah mesin ketik yang setiap saat tersedia di meja. Mesin tik itu kini menjadi bukti bahwa tragedi drop out tidak terjadi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun