Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Artikel Utama

Kampung Halaman Nan Tak Kunjung Padam

25 April 2023   17:11 Diperbarui: 26 April 2023   18:45 929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bermain bersama (Sumber: Sasin Tipchai-Pixabay.com)

Kami membaut sendiri  egrang. Semua sibuk, semua bekerja, sehingga egrang dengan segala macam ketinggian pun jadi. Setelah selesai, kami biasanya ke lapangan. Di sanalah kami berlomba-lomba beradu kecepatan. Biasanya menjelang berbuka kami baru selesai. 

Namun, ada beberapa rekan kami yang mungkin tidak menyukai dengan egrang karena badannya yang agak gendut atau kakinya sakit. Meski mereka terus saja menjadi suporter, tetapi terkadang mereka juga membuat permainan sendiri, misalnya, ketapel. 

Biasanya, selain kami membaut egrang ada di antara kami yang juga membaut ketapel. Ketika sebagian bermain egrang, rekan kami yang lain pun bermain ketapel. 

Pada hari-hari tertentu, beberapa teman kami pun biasanya hunting, berburu dengan menggunakan ketapel. Menuju ke perbatasan kampung, mereka mencoba mendapatkan buruan. 

Biasanya rekan-rekan kami ini berburu belalang. Seringkali rekan-rekan kami ini mendapatkan buruan yang begitu banyak, dan berbagi satu sama lain. Belalang ini biasanya akan digunakan untuk membaut sambal belalang yang biasanya kami santap bersama-sama saat kami makan malam.

Suasana malam 

Karena kampung kami belum begitu ramai  dan kami satu sama lain tinggal dalam rumah yang berdekatan, biasanya makan malam pun bisa dilakukan bersama-sama. 

Kami membawa sepiring nasi, berkumpul di depan sebuah rumah, menggelar tikar, dan makan bersama apa adanya. Kami berbagi dengan makanan yang kami punya. 

Setelah itu jika bulan begitu terang, kami bermain kembali sampai pukul delapan pertanda kami harus mulai belajar mempersiapkan esok hari. 

Begitulah kebersamaan anak-anak di kampung kami. Saat itu kami menjalani kehidupan dalam kebersamaan dengan rekan-rekan kami. Permainan kami buat dan kami mainkan bersama. 

Setelah itu, kami pun makan bersama dengan lauk tempe dan sambal belalang hasil buruan kami. Kami belajar bersama dengan terang cahaya lampu petromak atau lampu minyak senthir. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun