Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pemikiran-Pemikiran Merdeka di Balik Kurikulum Merdeka

27 Maret 2023   06:53 Diperbarui: 27 Maret 2023   06:56 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merdeka (Dok. Humas Kolese Kanisius)

Berpuluh-puluh tahun, kurikulum pendidikan kita sudah menyajikan arah dan cara yang sama dalam memperlakukan peserta didik. Kita sudah menikmatinya sebagai hidangan cepat saji yang begitu cepat kita nikmati, bukan hanya sekolah, guru dan peserta didik pun sudah terbuai pada rutinitas belajar.

Lahirnya Kurikulum Merdeka semestinya akan mengarahkan pendidikan pada rel yang semestinya. Pendidikan selayaknya memerdekakan setiap individu yang terlibat di dalamnya. Kurikulum Merdeka menjadi sebuah inisiatif pendidikan untuk memberikan kebebasan kepada sekolah dan pendidik dalam merancang kurikulum yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan setiap peserta didik di masing-masing wilayah. Kita patut menyambutnya sebagai pintu memerdekakan peserta didik, cara bagaimana  kita mnemperlakukan setiap peserta didik. 

Kurikulum Merdeka adalah kurikulum yang lebih fleksibel dan adaptif.  Kurikulum ini lahir atas dasar begitu banyaknya keberagaman budaya dan bahasa,  beragamnya karakteristik siswa, perlunya pengembangan keterampilan hidup setiap anak. Kurikulum Merdeka diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dengan memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada pendidik dalam merancang kurikulum yang lebih adaptif dan relevan dengan kebutuhan pesert diduk.

Tidak ada sekolah yang menghasilkan murid-murid merdeka jika kurikulum mengekang bakat dan kemampuan. Tidak ada sekolah yang menghasilkan murid-murid peduli jika sistem pendidikan mengekang dan hanya menumpahkan informasi belaka. Sejatinya sekolah  adalah sebuah arena untuk memacu setiap siswa menggunakan pikiran kritis mengatasi berbagai persoalan. 

Menghidupkan Kurikulum

Melatih berpikir kritis menjadi inti proses pendidikan, tidak terbatas hanya di kelas, tetapi harus menyasar berbagi kegiatan setiap siswa. Sekolah perlu menyiapkan siswa-siswa untuk menjadi bagian masyarakat yang sesungguhnya. Maka, tanpa pemikiran merdeka dari guru, pimpinan sekolah, dan pembuat kebijakan, pendidikan kita tetap akan berkutat pada sekian ratus lembar administrasi yang harus diisi. Kita lupa memberi ruang kepada setiap anak untuk berkembang. 

Kurikulum harus menghidupkan seluruh komponen yang membangun pendidikan. Bukan hanya memberi arah kepada guru, kurikulum harus menjadi dasar bagi setiap orang berkembang, menjadi panduan pemangku kepentingan, bahkan memberikan arak pendidikan nasional. Untuk itulah kurikulum perlu merdeka. Namun, kurikulum merdeka tidak akan tercipta tanpa pemikiran-pemikiran merdeka. Perjalanan kurikulum merdeka bukan sebuah mimpi sesaat.  Hadir sebagai cara berpikir dan bertindak baru, kurikulum merdeka menyajikan keelokan wajah pendidikan kita, kelak. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun