Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ingar-Bingar ChatGPT: Tugas Guru Semakin Berat

10 Maret 2023   21:49 Diperbarui: 10 Maret 2023   22:09 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: Gerd Altmann - Pixabay.com)

Perkembangan model chatbot ini belum berakhir. Tentunya di masa mendatang akan hadir teknologi supercanggih yang akan dengan mudah kita terima dalam sebuah telepon pintar.  Teknologi ini  bisa saja mengancam keberadaan guru, jika tugas guru  tidak pernah menyentuh rasa (olah rasa) setia peserta didik. 

Guru harus terus-menerus melatihkan kejujuran dan pantang menyerah (dokpri)
Guru harus terus-menerus melatihkan kejujuran dan pantang menyerah (dokpri)

Kemudahan tanpa batas

Begitu mudahnya setiap siswa untuk menghadirkan pengetahuan hanya dengan menanyakan pada program semacam ChatGPT. Begitu mudahnya peserta didik membuat tugas, begitu mudahnya perserta didik menyelesaikan soal, dan begitu mudahnya setiap orang mendapatkan jawaban atas berbagai kebingungan, pertanyaan dan ketidaktahuan.  

Kehadiran ChatGPT sebagai salah satu pengembangan artificial intelegence membawa dampak terhadap proses pembelajar di kelas. Bisa saja, guru memanfaatkan perkembangan AI ini sebagai sarana yang memudahkan guru menyampaikan materi. Tidak tertutup kemungkinan, tugas guru akan semakin berat. Informasi  yang disampaikan semacam ChatGPT dalam menyediakan informasi tidak 100% benar, perlu dipastikan kebenaranya, perlu dicari sumber informasinya. Jangan sampai kehadiran chatGPT ini akan semakin menyuburkan berita-berita bohong. 

Sebagai contoh,  ketika kita bertanya tentang pelanggaran HAM di Indonesia.  ChatGPT mempunyai jawaban bahwa Presiden Indonesia dari tahun 1967 hingga 1998, Suharto, terlibat dalam sejumlah pelanggaran hak asasi manusia, seperti:

Penghilangan paksa dan pembunuhan massal di Timor Timur: Setelah Timor Timur memperoleh kemerdekaan dari Portugal pada tahun 1975, Suharto mengirimkan tentara Indonesia untuk menguasai wilayah tersebut. Selama hampir 25 tahun, tentara Indonesia melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang berat di Timor Timur, termasuk penghilangan paksa dan pembunuhan massal. Diperkirakan lebih dari 100.000 orang tewas akibat kekerasan tersebut.

Pelanggaran hak asasi manusia di Aceh: Suharto juga terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia yang serius di Aceh, di mana gerakan separatis GAM memperjuangkan kemerdekaan. Suharto mengirimkan tentara Indonesia untuk menumpas gerakan ini, dan dilaporkan terjadi pembunuhan massal, penghilangan paksa, dan penyiksaan terhadap penduduk sipil.

Pembatasan kebebasan pers dan hak berpendapat: Suharto juga terkenal karena pembatasan kebebasan pers dan hak berpendapat di Indonesia. Selama masa kekuasaannya, Suharto membatasi kebebasan pers dan menerapkan sensor pada media massa, sehingga rakyat Indonesia tidak dapat memperoleh informasi yang objektif dan jujur tentang situasi di negara mereka.

Tindakan keras terhadap aktivis mahasiswa: Selama masa kekuasaannya, Suharto juga dikenal karena menggunakan tindakan keras terhadap aktivis mahasiswa yang memprotes kebijakan pemerintah. Banyak mahasiswa yang ditangkap, disiksa, atau bahkan hilang selama aksi protes mereka.

Kekerasan terhadap etnis Tionghoa: Suharto juga terlibat dalam kekerasan terhadap etnis Tionghoa selama kerusuhan di Indonesia pada tahun 1998. Ribuan orang Tionghoa menjadi korban kekerasan, termasuk pembunuhan dan pemerkosaan, dan banyak toko dan rumah mereka dirusak dan dirampok. (sumber:ChatGPT)

Darimanakah CharGPT mendapatkan informasi yang begitu kompleks? Apakah jawaban-jawaban tersebut mempunyai kebenaran sejarah? Darimana informasi tersebut di dapat? Tentunya tantangan akan semakin berat bagi guru sejarah untuk menjelaskan bagaimana sebenarnya setiap peristiwa tersebut dihubungkan dengan Presiden Suharto. 

Karena berbagai keraguan atas infornasi yang disediakan tersebut itulah, ChatGPT tidak diterima di banyak negara, misalnya China, Prancis dan Australia. Bahkan beberapa negara mengharuskan sertifikasi khusus. Lalu, begaimana dengan Indonesia. Sementara kita masih menikmatinya sebagai mainan baru. Mainan cerdas dan juga lucu. 

Kegiatan seni untuk mengembangkan diri (Dokpri)
Kegiatan seni untuk mengembangkan diri (Dokpri)

Tugas berat guru

Pengembangan kecerdasan buatan tidak akan berhenti.  Artificial intelligence akan terus berkembang. Bisa saja pada akhirnya guru akan tersingkir dan tergusur oleh teknologi tersebut jika kehadiran guru hanya sebatas men-tranfer informasi belaka. Guru semakin diuji, guru dituntut untuk semakin profesional, guru harus merdeka. Khitah guru sebagai  pendidik profesional dengan tugas utama, mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi harus benar-benar diwujudkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun