Upacara pukul 11.30 itu menandai bahwa  kami sanggup untuk melaksanakan seluruh rangkaian kegiatan Jambore. Yang terasa istimewa, kegiatan upacara malam itu adalah seluruh petugas adalah pendamping dan sekaligus guru kami. Selama ini, di sekolah belum pernah sekalipun kami melihat guru-guru kami menjadi pemimpin upacara, pembina upacara, pembaca UUD 1945, pembaca Janji Pelajar, pembaca Pancasila, bahkan menjadi dirigen dan memimpin menyanyi lagu nasional. Hari itu, guru-guru itu hadir bukan hanya sebagai pengajar, tapi memberikan arti di setiap kegiatan kami.
Acara belum selesai. Malam itu di tengah kelelahan, kami mendengar sejarah, seluk beluk, serta mitigasi bencana. Pak Sukiman sebagai sesepuh desa memberikan banyak informasi berkaitan dengn Gunung Merapi. Â Kantuk tak tertahankan, tetapi kami begitu antusias mendengarkan penyampaikan Pak Sukiman. Satu jam pun berlalu.Â
Malam itu telah larut, dan tubuh kami memang mulai terasa kelelahan. Perjalanan hari itu pun kami akhiri, dan kami masing-masing masuk tenda. Sementara angin masih begitu kencang menerpa tenda-tenda kami. Kami tetap bertahan dalam keheningan dan suara angin yang terus mengguncang tenda. Istirahat. Pukul satu dinihari, tenda-tenda itu terasa sunyi.Â
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H