Tak kenal putus asa
Dengan gigih terus maju
Jadi manusia dewasa
Beriman dan berilmu
Mari kita berjuang
Membangun masa depan
Dengan satu semboyan
Ad Maiorem Dei Gloriam
Sehat jiwa dan raga
Siap membantu sesama
Mengabdi nusa dan bangsa
atas dasar Pancasila
Mars Kanisius menjadi penyemangat kami, apalagi diakhir acara, lagu itu dikumandangakan dengan penuh semangat. Penyerahan  bendera jambore dari Pater Winandoko menandai bahwa kegiatan Jambore segera dimulai.Â
Memulai perjalanan
Perjalanan pagi itu dimulai. Masing-masing masuk bus sesuai kelompok yang telah ditentukan. Sepanjang perjalanan, kami bercerita, kami bernyanyi. Kegembiraan muncul dalam setiap waktu kami bercanda. Hingga empat kali istirahat di rest area tidak terasa, waktu sudah sore hari. Banyak diantara kami yang belum merasakan bagaimana perjalanan panjang 8 jam ini kami tempuh. Sungguh melelahkan, beruntung sahabat kami dalam bus-bus itu menyenangkan.Â
Ketika perjalanan memasuki Klaten, hari mulai gelap. Kami tidak tahu arah, tidak tahu seperi apa di luar. Hanya kegelapan malam dan remang-remang cahaya yang bisa kami tangkap. Jalan mulai bergelombang, bahkan terasa rusak, ketika bus itu berjalan begitu pelan, dan mulai bergoyang-goyang. Sepertinya perjalanan ini begitu jauh dari kota,
Pukul 19.30 kami sampai di Kelurahan Sidorejo. Untuk menuju ke lokasi, kami harus tracking kurang 3 kilometer. Perlahan kami, rombongan 273 Kanisian mulai berjalan menelususi gelap malam Desa Sidorejo. Kami menyusuri kampung, persawahan, perkebunan, sungai kecil, padang ilalang dalam gelap gulita. Lampu senter menjadi sahabat setia kami, sementara pundak dan punggung kami sudah begitu terasa keberatan. Kami terus melangkah, hingga sampai di sebuah padang rumput liar. Kami telah sampai di tujuan kami, kawasan hutan Desa Sidorejo.Â
Tenda di tengah padang rumput
Kami mulai masuk ke tenda. Acara hari itu adalah memasak. Kami semua memasak nasi, sayur dan lauk-pauk yang telah kami persiapkan. Diantara kami memang sudah sangat sigap untuk memasak. Memasak selesai dan kami pun bersantap malam bersama kelompok. Udara dingin dan angin yang begitu kencang malam itu tidak begitu terasa. Suara dan semangat kami masih jelas terdengar sampai hingga panggilan suara musik memanggil kami untuk mengikuti upacara malam.Â