Kemenangan pertama menjadi pertanda kemenangan-kemenangan berikutnya. Lelaki itu sabar menunggu lawan, tidak haus, tidak lapar.
KeberuntunganÂ
Hari itu memang menjadi hari keberuntungan si pemain catur. Satu kemenangan diperoleh, dua kemenangan diperoleh, tiga kemenangan diperoleh, empat kemenangan diperoleh.Â
Dewi kemenangan hari itu benar-benar berpihak sungguh. Sebuah senyuman lepas dihadirkan, ketika hari itu menginjak sore hari. Sembilan kemenangan di hari itu menjadi pertanda bahwa nasibnya akan semakin membaik.Â
Dia tidak akan menderita lagi sebagai pemain catur. Dia tidak akan lagi dihina, dicampakkan oleh istri dan mertuanya. Ia akan hidup layaknya seorang suami, laki-laki luar biasa yang akan mengambil hati siapapun yang ia kenal. Dia akan menguasai dunia.Â
Hari ini, pemain catur itu tidak lagi duduk di pinggiran jalan. Laki-laki itu tidak lagi berjalan ke sana kemari mencari lawan. Laki-laki itu tidak lagi tergantung pada musuh-musuh yang berani menantang. Uang bukan lagi menjadi tujuan. Uang tidak perlu lagi ditungguinya. Pemain catur itu, kini menjadi pemain kehidupan.Â
Dia duduk di sebuah ruang perusahaan besar di kota nan besar. Di meja begitu banyak hiasan-hiasan. Semua menandai bahwa beeberapa tahun yang lalu, dia dalah seorang pemain catur jalanan.Â
Papan catur kenangan yang menemai dan menjadi andalan hidupnya masih tergeletak di meja. Papan catur itu menjadi teman saat dia harus menggerakkan berbagai anak perusahaan menjadi perusahaan besar. Semua tunduk dan taat padanya.Â
Pemain catur, kini
Pemain catur itu telah mengubah perusahaan menjadi ternama. Dua tahun lalu perusahaan itu memang hampir bangkrut. Di tangannya perusahaan itu berubah. Semua diubah.Â
Gaji karyawan diperbaiki, pinjangan-pinjaman karyawan dilunasi, aturan-aturan diganti, direksi diganti, pelatihan-pelatihan mulai dilakukan, bukan hanya untuk karyawan tetapi untuk seluruh direksi, berbagai jenis doa selalu rutin dilaksanakan. Â