Dalam cerita di kelas, bisa bermain tebak-tebakan dan tahu cerita apa yang akan terjadi di hari berikutnya.Â
Saur Sepuh menjadi cerita fiksi dan sejarah yang begitu menarik bukan hanya anak muda tetapi golongan tua saat itu. Bukan saja menyajikan perebutan kekuasaan, petualangan, kesaktian, tetapi juga kisah percintaan.
Bukan hanya sandiwara, siaran langsung berbagai cabang olahraga juga disiarkan secara langsung melalui radio.Â
Sepak bola adalah salah satunya. Sepak bola disiarkan secara langsung melalui radio. Pemirsa pun sambil duduk di depan radio, sambil membaca atau mengerjakan PR. Membayangkan bagaimana bola-bola menari dari pemain ke pemain sungguh, Â sebuah pengalaman seru generasi 80-an.Â
Suara komentator terdengar begitu jelas, sementara sayup-sayup suara penonton, tidak tahu apakah itu penonton saat permainan atau rekaman dari berbagai rekaman pertandingan sebelumya. Mendengar berarti harus percaya apa yang terjadi dan dilihat di komentator. Kita hanyut dalam seluruh wicara komentator dan penyiar saat itu. Sihir yang seolah menghadirkan pendengar di tengah lapangan.Â
Kini Radio ItuÂ
Berbagai berita pun tersaji begitu cepat. Kita bisa menikmati berita tidak terbatas pada radio daerah, tetapi juga radio berbagai negara. Jam 6 sore misalnya, kita bisa mendengar berita aktual BBC London atau Radio Australia.Â
Sajian informasi yang tidak terbatas tentang Indonesia, tetapi juga tentang dunia. Radio sekecil itu menjadi penghibur dan penyaji berita yang cepat nan akurat.Â
Melalui radio kita bisa berinteraksi, kirim lagu, catat syair lagu, kirim cerita, catat nada. Dalam 24 jam mengudara, radio telah membawa cerita bagi generasi yang mengalaminya.Â
Bagi generasi masa lalu, saat ini pun radio masih menjadi bagian kenangan---cerita kehidupan, menjadi teman di manapun ada.Â
Bagi generasi kini, radio menjadi cerita dan sejarah generasi masa silam. Radio, akankah bertahan tergilas perputaran zaman?Â