Setiap hari kita selalu berhadapan dengan bau. Bau harum membangkitkan selera, bau tidak sedap membuat orang sekarat, bau anyir mengubah kenikmatan menjadi nyinyiran. Bau memang tidak hanya sebatas aroma yang kita cium. Bau pun bisa menjadi awal krisis identitas dan bahkan masalah sosial.Â
Bau badan begitu nyata di tengah keramaian; angkutan, pertunjukan, konser, pertemuan-pertemuan, sekolah dan kuliah. Ketika kita mulai berkumpul satu sama lain, masing-masing pribadi khas dengan bau. Meski jika mengganggu terkadang kita mengeluh lesu tanpa berani protes. Ketika tidak merasa terganggu, ya, kita nikmati sebagai pereda pilu.Â
Terkadang bau di sekeliling kita menjadi pemicu masalah besar. Bau gorengan ikan asin begitu mengusik tetangga. Bau pembuangan sampah mengusik warga. Bau kotoran peternakan ayam, kambing, sapi dan babi begitu mengganggu warna kota. Bau sungai-sungai karena limbah pabrik pun kadang menyiksa warga. Bau ada dimana-mana dan kadang menimbulkan beragam persoalan, terkadang sampai ranah hukum segala.Â
Bau badan (bromhidrosis) merupakan keadaan yang ditandai dengan keluarnya bau tidak sedap secara berlebihan dari bagian tertentu badan manusia. Bau badan ini terkadang seperti bau tengik, apek, dan asam. Terkadang bau-bau ini muncul dari bagian-bagian badan, seperti ketiak, telapak tangan dan kaki. Bagian yang terkadang dianggap penghasil bau tidak sedap dari badan kita adalah ketiak. Hampir semua orang mengalaminya. Meski bau badan memang bukan penyakit, bukan kelainan organ-organ tubuh, bukan warisan dari orang tua. Karena bau ada tergantung dari seberapa besar kita  menghargai dan merawat diri.Â
Kalau zaman dulu kita begitu cuek dengan urusan bau membau, apalagi bau badan. Beberapa hari ini kita begitu disibukkan berbagai macam komentar gara-gara bau badan. Bau badan seperti menjadi urusan nasional. Berbagai surat kabar nasional memberitakan, membahas dan menjadikannya sebagai editorial. Bau tidak lagi urusan kecil dan pribadi. Bahkan mengalahkan pemberitaan Piala Dunia. Â
Bermula dari surat edaran yang dikeluarkan Ketua Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala (USK), Aceh, Dr Laina Hilma, Kamis (17/11/2022) yang berisi panduan kepada mahasiwa untuk mengurangi bau badan, cerita dan komentar silih berganti, begitu riuh di media sosial.Â
Surat ini muncul karena keluhan  begitu  banyak dosen yang terganggu dengan bau badan sejumlah mahasiswa. Padahal perkuliahan sudah dilakukan secara tatap muka. Dalam surat edaran itu begitu jelas disampaikan kepada seluruh mahasiswa untuk seminimal mungkin menghilangkan bau badan terutama saat kuliah. Anjuran resmi bagi mahasiswa bertujuan untuk agar seluruh mahasiswa memerhatikan kebersihan dan aroma tubuh, serta panduan merawat ketiak.
Penyebah Bau BadanÂ
Bau badan sebenarnnya disebabkan oleh banyak hal, Â sangat kompleks dan banyak faktor yang mempengaruhi, misalnya keringat berlebih dan adanya bakteri di badan. Kegemukan, penyakit gula darah, benjolan pada ketiak, pengaruh makanan, dan obat-obatan bisa juga menjadi penyebab munculnya baru tidak sedap dari badan. Makanan seperti bawang-bawangan, rempah-rempah dan produk kare serta minuman beralkohol pun ditengarai menjadi salah satu penyebab munculnya bau badan yang berlebihan. Selain itu, sebagian teori ada yang menganggap bahwa bau badan dipengaruhi oleh faktor genetik tertentu.Â
Kondisi  seseorang dengan bau badan yang berlebihan memang sangat mengganggu kualitas hidup, mempengaruhi rasa percaya diri, mengganggu hubungan sosial, pekerjaan dan mengakibatkan penderiaan psikologis. Meski bau badan tidak sedap ini lebih sering ditemukan pada laki-laki setelah usia pubertas, tetapi aktivitas fisik yang berlebihan juga menjadi salah satu penyebab bau badan yang berlebihan pada laki-laki. Pada wanita lebih jarang ditemui karena kecenderungan sifat merawat dan mempersolek diri sangat dominan.Â
Merawat Diri
Selayaknya sebelum merawat Tanah dan Negeri ini, mahasiswa harus bisa merawat diri. Meskipun untuk merawat diri pun dibutuhkan modal yang tidak kecil, mulai dari membeli sabun mandi nan wangi, deodoran yang awet seharian kuliah, atau minyak wangi yang tidak satu menit menguap hilang. Jika kondisi ekonomi tidak mendukung, lantas apakah mahisiswa atau pelajar tidak bisa ikut belajar hanya karena bau badan.Â
Mahasiswa yang cerdas mungkin bisa memanfaatkan kondisi ini sebagai peluang bisnis. Minimal berjualan minyak wangi; bisa dalam bentuk semprot, minyak wangi oles, atau minyak wangi telan- siapa tahu ada. Â
Bau badan memang tidak akan dirasakan dinikmati oleh si empunya. Itulah, kadang kala, seseorang memang tidak merasa bau badan nya begitu kentara. Â Selalu saja sekeliling kita yang menikmatinya. Maka, kalau sampai prosedur perawatan diri itu muncul di sebuah kampus yang notabene mengembangkan orang -orang hebat, mungkin saja karena keterbatasan ekonomi sosial atau yang lain sehingga perawatan diri tidak bisa terjadi.Â
Urusan bau badan memang menjadi urusan pribadi. Tidak perlu diekspos, diekspor dan disebarkan ke segala penjuru. Karena, menjadi urusan individu, harus dijaga dan dirasa oleh si empunya. Selamat merawat diri! Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H